Kemajuan dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan didapatkan melalui membaca. Sayangnya hal ini kurang disadari oleh masyarakat Indonesia yang kurang duka membaca. Membaca sebenarnya merupakan budaya dan tradisi para bangsawan, rakyat jelata tidak membaca. Karena budaya baca yang tidak menjadi tradisi di Indonesia itulah maka masyarakat Indonesia lebih banyak belajar dengan mendengarkan wejangan, melihat tontonan, menguping obrolan teman, dan lain sebagainya yang bersifat hanya menerima saja tanpa melalui proses berpikir.
Tradisi membaca mulai diperkenalkan dalam kehidupan manusia umumnya melalui sekolah-sekolah. Sekolah menjadi tempat kaum muda mengenal tradisi membaca untuk memajukan dirinya. Karena seseorang yang ingin maju di dunia ini maka harus banyak membaca. Banyak belajar sendiri.
Setelah lebih dari satu abad bangsa Indonesia mengenal budaya membaca ternyata perkembangan kemajuan budaya membaca masih sangat lamban. Masih sangat sedikit masyarakat yang mengenal budaya membaca. Hanya sebagian orang saja yang mau menyisahkan uangnya untuk membeli buku. Jangankan untukembeli buku bacaan lain semisal novel, ensiklopedia dan lainnya, untuk membeli puku paket sekolah dan diktat kuliah saja pun rasanya sangat sayang. Bahkan beberapa orang Indonesia merasa heran bila melihat sesorang yang memiliki beberapa rak yang berisi penuh dengan buku, pertanyaan mereka adalah 'Apakah buku-buku itu dibaca semua?'. Inilah pertanyaan khas dari orang yang tidak mengenal budaya membaca.
Membaca merupakan kebutuhan karena dengan membaca manusia belajar dan berpikir. Belajar merupakan penghargaan hidup. Karena itu manusia seharusnya mengenal budaya membaca. Untuk membaca manusia tidak harus kecukupan sandang, papan, dan pangan. Dengan membaca manusia justru bisa mengatasi masalah sandang, papan, dan pangan.
Manusia boleh miskin harta, namun tidak boleh miskin pengetahuan. Namun biasanya orang yan berpengetahuan tidak akan miskin harta. Karena pengetahuan dapat mengetasi permasalahan miskin harta.
Ada pepatah mengatakan bahwa 'Universitas yang sesungguhnya adalah Perpustakaan'. Karena hanya dengan duduk dan membaca buku di perpustakaan kita dapat menerima ilmu dari berbagai penulis yang juga berpengetahuan di dunia ini. Membaca buku dapat menghemat waktu dan uang. Karena kita bisa berkeliling dunia dengan hanya membaca buku. Tak sedikit orang uang belajar sesuatu dan menjadi ahli melalui otodidak, apa medianya? Tentulah buku. Dari bukulah mereka belajar, berpikir, dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Hambatan utamaengembangkan hobi membaca bangsa ini adalah kurangnya perpustakaan umum di Indonesia. Belum banyak yang tegugah untuk mengadakan dan mendirikan perpustakaan umum. Yang banyak terdapat kini justru perpustakaan buku hiburan yang bersifat mengendorkan semangat. Buku semacam itu adalah kenikmatan modern. Perpustakaan pengetahuan masih sangat minim dan kurang dikembangkan di Indonesia.
Dengan adanya perpustakaan umum, kesempatan bagi mereka yang ingin belajar secara mandiri semakin besar. Dan diharapkan dapat menularkan budaya membaca kepada yang lain.
Hambatan lainnya adalah mahalnya harga buku di Indonesia dibandingkan negara lain. Misalnya saja 1 buah novel denga papperback cover harganya antara 50-100 ribu rupiah, tergantung ketebalan buku. Sedangkan di negara lain harga novel dengan hardcover ada di kisaran 5-15 dollar tergantung ketebalan buku.
Hambatan lainnya adalah serangan media elektronik yang menyediakan informasi audiovisual dengan bebas. Informasi-informasi ini kebanyakan berisi hiburan sehingga tidak menuntut manusia untuk berpikir. Sangat sedikit sekali media elektonik yang menyediakan informasi pengetahuan yang bermanfaat. Media elektronik yang menyuguhkan informasi audiovisual dapat mengurangi minat membaca yang lebih memmbutuhkan konsentrasi pikiran.
Budaya santai adalah musuh utama budaya baca. Budaya baca memerlukan kerjakeras, ketekunan, dan kreatifitas. Tanpa niat yang kuat untuk mendapatkan dan menguasai ilmu pengetahuan maka budaya membaca tak akan berjalan. Karena itu budaya membaca menjadi faktor kuat kemajuan bangsa.
Bagaimana bangsa ini mau maju kalau semangat membacanya begitu rendah? Budaya baca sudah waktunya dipikirkan dan diseriusi. Tidak hanya pemerintah, namun semua pihak yang terkibat. Terutama para pekerja di bidang pendidikan.
Kemiskinan materi dan rohani dapat diberantas dengan budaya baca juga. Membaca lebih murah untuk mengatasi permasalahan bangsa. Sekaligus mengajarkan kita untuk tekun dan mau bekerja keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar