Assalammu'alaikum.....
kali ini saya akan memberikan sedikit riview mengenai film yang baru saya nonton. Sebelumnya mohon maaf kalau reviewnya masih sangat sederhana dan banyak typo bertebaran. Karena baru memulai aktif menulis lagi sesuai resolusi tahun baru hehehe
Cahaya Cinta Pesantren. Hari pertama lauching dengan tanpa
prediksi tiba-tiba saja saya menonton film ini. Sebenarnya sudah lama
dinanti-nanti, karena penasaran dengan penggambaran kehidupan pesantren seperti
apa yang ada di dalam fil. Walaupun film ini berangkat dari novel dengan judul
yang sama karya Ira Madan yang diterbitkan tahun 2014, tetapi saya memutuskan
menonton filmnya dahulu. Tak seperti biasanya yang pastilah harus membaca
bukunya terlebih dulu.
Oke singkat cerita. Sama seperti yang diceritakan dalam
novel. Tokoh dalam Cahaya Cinta Pesantren ini melibatkan Marshila Silalahi atau
biasa dipanggil Shila yang diperankan oleh Yuki Kato dan ketiga sahabatnya yang
diperankan oleh Sivia Azizah, Febby Rasstanty dan Vebby Palwinta. Film ini
bercerita tentang kehidupan pesantren dengan segala permasalahannya.
Shila adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga
nelayan yang terpaksa melanjutkan sekolah SMA nya ke pesantren karena gagal
seleksi masuk SMA Negeri favorit dan keterbatasan biaya keluarganya. Awalnya Shila
menolak, namun akhirnya tetap mengenyam pendidikan di pesantren walau dengan
berat hati.
Pada awal film diceritakan tentang kehidupan khas pesantren.
Mulai dari disiplin terhadap waktu sholat, mengantri makan, hukuman bagi yang
tidak menjaga kebersihan, budaya belajar di mana pun dan hukuman-hukuman yang
diterima ketika melanggar suatu aturan.
Awalnya saya dibuat bertanya-tanya apa maksud “cinta” dalam judul
film ini. Mungkin ini karena saya belum membaca novelnya. Tapi perlahan saya
mulai mengerti. Ternyata Shila jatuh cinta pada lelaki yang bahkan dia pun tak
tahu siapa.menurut saya film ini memiliki sisi romantis yang sangat halus,
romantis yang menggetarkan hati, menyentuh bagian terdalam manusia. Tak seperti
film-film romantis yang lain yang jatuh cinta karena berda pada satu payung
yang sama ketika hujan, tanpa sengaja saling bertabrakan, tanpa sengaja
mengambil barang yang terjatuh bersama, tanpa sengaja diam-diam memperhatikan. Film
ini disajikan dengan sederhana tapi dalam.
Singkat cerita kehidupan Shila terus berlanjut di pesantren
itu, begitu pun dengan kisah cintanya. Yang menarik di sini adalah
diperlihatkannya adegan Muhadhoroh, semacam belajar berpidato atau berdakwah. Bagi
yang pernah menjadi santri pasti mengerti bagaimana rasanya, bagaimana malunya
ketika pertama kali melakukannya.
Secara keseluruhan saya benar-benar salut dengan film ini. Bagus,
penuh makna, kocak dan pesan dakwahnya sampai
kepada penonton. Mungkin tak banyak yang tertarik menonton genre film
religi seperti ini, padahal notabene mayoritas penduduk Indonesia beragama
Islam. Entahlah, saya juga tidak mengerti kenapa.
Film ini mengajarkan kita tentang iklah, ikhlas dan ikhlas. Ikhlas
dalam segala hal. Ikhlas terhadap apa yang kita dapatkan. Apa yang kita jalani
saat ini. Baik itu seperti yang diharapkan atau tidak. Ihklas menerima apa yang
ditakdirkan oleh Allah. Ikhlas dalam merelakan dan ikhlas dalam enerima. Termaksud
ikhlas terhadap cinta. Ikhlas terhadap penantian.
Kekurangan film ini menurut saya adalah KURAANGGG LAAAMMAAA.
Kurang banget durasinya hahahaha.
Film ini rekomen banget buat kalian yang penasaran kehidupan
pesantren, yang butuh semangat, yang sedang belajar ikhlas,bahkan yang sedang
dalam penantian, bersama memantaskan diri. Sukses untuk film Cahaya Cinta
Pesantren J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar