Kamu seperti musim gugur. Aku menyukai musim gugur dan selalu menantinya, menanti kesempatan itu datang. Kesempatan menikmati musimmu dengan langsung. Merasakan sentuhan helaian daun yang menerpa tubuhku. Menangkap daun yang gugur dengan tanganku sendiri, agar impianku yang lain terkabul. Walau aku tak tahu kapan hal itu akan tiba. Aku tak tahu berapa lama aku harus menunggu hal itu.
Seperti kamu. Kamu yang kutunggu sejak saat itu. Sejak keindahan musim gugur itu memiliki tempat tersendiri di hatiku. Aku selalu berharap kau akan datang menunjukan keindahanmu. Mengizinkanku merasakan semilir angin musimgugur. Atau kau memberiku jalan datang menemui musim gugurku.
Aku tahu aku bodoh. Aku bodoh untuk mengharapkan musim gugur itu datang menyapa. Nyatanya ia taka akan pernah datang. Sepertimu yang tak akan pernah menjadi nyata. Kamu yang terikat dengan masa lalu. Kamu yang sudah nyaman berada di negara beriklim 4 musim. Kamu yang sangat jauh. Sangat jauh. Bahkan hanya banyanganmu saja aku tak bisa melihatnya.
Setiap hujan datang aku berharap daunlah yang turun. Sehingga saat itu aku tahu dirimu akan datang. Jika itu terjadi aku akan berlari. Berlari menghampirimu. Merentangkan tangan menghirup wangi khasmu. Aku ingin itu. Aku memimpikan hal itu.
Namun nyatanya sejak saat kau menempati tempat tersendiri itu aku tahu bahwa kau tak mungkin bisa kurasakan. Kau hanyalah mimpi yang terlalu tinggi untuk kuraih. Haruskah aku kumpulkan daun-daun di halam sekolah, kemudian menghamburkannya? Agar seperti terasa daun itu gugur dengan sendirinya.
Apa yang harus aku lakukan? Aku tak punya banyak uang untuk mengunjungi tempatmu berada. Aku pastilah kalah jauh dengan masa lalumu. Seandainya ada perangko untuk tujuan musim gugur,akan kukirimi kau surat setiap harinya. Tak peduli isinya tetap sama. Yaitu memuji keindahanmu dan berharap kau ada menyapaku. Bagiku tak akan pernah habis kata-kata untuk mendeskripsikanmu, musim gugurku.
Untuk perasaan ini aku ucapkan terimakasih. Terimakasih untuk tumpukan daun musim gugur yang kau tinggalkan. Yang membuatku mengagumimu. Jika suatu saat kau tahu ini. Aku berharap kau datang. Aku berharap kau mengirimiku sehelai daunmu dan membawaku ketempatmu. Namun jika ternyata kau ada di halaman rumah orang lain dan telah menjadi milik orang lain. Aku berharap pemilikmu memperhatikanmu. Mengagumi keindahan helaian daunmu yang berguguran dan menyangimu dengan caranya. Dan aku. Aku akan mencari musim gugurku yang lain. Yang masih bisa kumiliki. Berada di tempatku. Bisa kuhirup wanhi khasnya setiap hari.
Sayangnya musim gugur tak ada di sini. Di negaraku yang beriklim tropis. Untuk musim gugurku, tetaplah menjadi yang rela berkorban. Menggugurkan daunnya untuk kelangsungan hidup di musim dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar