Kamu
datang tiba-tiba tanpa aku undang. Bekerjasama dengan waktu, kamu tanpa permisi
memasuki hatiku. Dengan waktu juga kamu membuat segala prosesnya menjadi indah
membentuk sebuah kenangan yang terukir di hatiku.
Tiba-tiba
kamu membuat waktu terasa hampa tanpa terlewati bersamamu. Membuatku selalu
teringat tentangmu. Tawamu menghisasi mimpi dan diamku. Segala tingkah konyolmu
tiba-tiba menjadi penghibur yang selalu kurindukan.
Karena
aku tahu, waktu yang kau berikan itu bukan untukku. Waktu yang kau sediakan
untuk mengarungi perjalanan hidup itu bukan untukku. Senyum yang merekah indah
dalam guratan wajahku itu bukan senyum karenaku, tapi karena dia.
Aku
tahu saat kau tertawa riang itu bukan karena mengajakku ikut tertawa bersamamu.
Tingkah konyolmu yang terekam jelas dalam ingatanku dan tiba-tiba muncul juga
bukan untukku. Tapi untuk dia yang kau rindukan senyumnya, tawanya, dan kebahagiannya.
Salahkan
saja waktu yang membuat cinta itu hadir mengisi kekosongan hatiku. Salahkan aku
yang membiarkan proses pembentukan kenangan itu masuk begitu saja dan melekat
dalam diriku. Hingga aku bahkan tak bisa memejamkan mata dengan tenang.
Sakit
rasanya saat tahu waktu berhianat padaku. Waktu yang merayuku semua tentangmu
dan pergi begitu saja membuatnya begitu menyanyikatkan. Tapi waktu tak pernah
mau disalahkan. Dia akan selalu membela diri dengan membawa nama takdir.
Bagiku
keduanya sama. Sama-sama membuat hat ini terasa sakit. Kau tahu wahai waktu dan
takdir? Ini bahkan kali pertama aku jatuh cinta, tapi kenapa kau buat rasanya
sesakit ini?
Pernah
aku berharap suatu saat aku menemukan seekor Pegasus, yang dengan sayapnya
mengajakku terbang jauh. Terbang ke tempat yang dipenuhi tanaman berlian. Di
tempat itu air mengalir dengan sejuk. Gemerciknya menenangkan jiwa. Air itu air
kehidupan.
J
ia
aku sampai di sana. Aku ingin membasuh ingatan dan hatiku dari sosoknya.
Membuat semuanya kembali normal. Menyingkirkan cinta yang menyiksa itu. Namun
saat malam berakhir aku sadar. Aku sadar bahwa semuanya hanya mimpi.
Karena
ketika kusadari, aku tak pernah sanggup melupakanmu. Kamu selalu ada bahkan
dalam terpejamnya mataku.
Aku
ingin menjerit sekeras kubisa. Aku lelah dengan semua permainan waktu dan
takdir. Aku lelah dengan perasaanku yang tak bisa kualihkan. Letih aku
bersabar. Bersabar berharap dan menunggu suatu saat cinta hadir dalam jiwamu
dengan namaku di dalamnya.
Hei kamu
yang datang tak diundang! Dapatkah kamu memberiku alasan kedatanganmu? Untuk
apa kau datang jika hanya menyakiti hatiku atas nama cinta?
Ternyata kenyataan terpahit untukku adalah “Bahwa aku tak bisa melupakanmu” sekeras apa pun aku mencobanya.
ariin, menyentuh sekali sampai terharu :')
BalasHapusiyaaa atrii :D
BalasHapus