hari ini gue mau post naskah drama untuk 5 orang bertemakan pendidikan. ceritanya simple sih, ga jauh dari kejadian sehari-hari. sengaja post ini supaya bisa jadi referensi semua orang yang mempelajari tentang drama, supaya ga kelimpungan kaya gue.
oke deh selamat membaca ....
Tokoh dan Watak
Eka : seorang remaja perempuan penakut, namun sangat terobsesi
menantang adrenalin.
Dwi : seorang remaja perempuan yang penakut tapi selalu mencoba
berani, walau selalu gagal.
Tri :
Seorang remaja laki-laki yang baik namun sangat penakut.
Sinta : Seorang remaja perempuan yang bersikap kelaki-lakian dengan
jabatan Ketua Kelas yang
disandangnnya.
SILUET
BABAK 1
Adegan 1
Pentas menggambarkan sebuah kelas dengan beberapa kursi tertata rapih
dengan satu papan tulis di salah satu sudut.
Pagi itu di
sekolah ketika jam istirahat. Empat orang remaja tampak berbincang suatu hal
yang bisa dibilang cukup tidak penting
di kelas mereka. Dengan mengambil tempat di pojok kelas, Dwi seorang gadis
pencinta film horor bersama temannya Tri yang sama-sama pencinta film horor
duduk berdampingan sambil mengobrol. Tiba-tiba datanglah Eka si pengacau
suasana....
Eka : “Hei… ada film horor baru loh!!” (sambil menghampiri Dwi dan Tri)
Eka : “Hei… ada film horor baru loh!!” (sambil menghampiri Dwi dan Tri)
Dwi : “Film
apa? film apa?”
Eka :
“Suster Keramas, nonton yuk!”
Tri :
“Boleh-boleh, jadi kapan Ka?”
Eka :
“Bagaimana kalau pulang sekolah?”
Dwi : “Nggak
nggak nggak!! Hari ini banyak tugas Ka!” (menggebrak meja)
Tri :
“Iya, gimana sih .. ini juga tugasnya udah numpuk Ka.”
Eka : “Kok
kalian mengkambng hitamkan aku? Aku hanya menawarkan. Lain waktu juga masih bisa selama film masih tayang.”
Sinta :
“Bagaimana bangsa ini mau maju jika remajanya saja fanatik tahayul!” (tiba-tiba
lewat disamping bangku Dwi dan Tri berpura-pura membereskan sesuatu diatas
mejanya)
Tri :
“Maaf, anda berbicara dengan kami?”
Sinta :
“Oh rupa-rupanya ada yang merasa tersindir ya…”
Dwi : “Apa
sih Ibu Km!!”
Sinta : “Kalian
ini satu dua, tiga. Sudah tahu penakut, masih juga suka film horor…” (ikut
duduk di samping Eka)
Tri :
“Seruu tau Sin, eh itu maksudnya apa satu, dua, tiga?”
Sinta :
“Ya nama kalian lah…”
Eka :
“Nama dari mananya coba.”
Sinta :
“Eka = 1, Dwi = 2, Tri = 3. Benar bukan?”
Tri :
“Dasar Sintttaaa …!!” (melayangkan tangan hampir memukul Sinta)
Sinta : “Hahaha…
eh tapi kata Ibu Lina kita gak boleh begitu saja terpengaruh degan segala
budaya baru dalam bentuk apa pun dan dari mana pun asalnya, kita harus
pndai-pandai memilih.”
Eka : “Apa
banget deh kamu. Ini bukan pelajaran Kimia, jadi nggak akan dapat amukan Ibu
Lina”
Lina”
Sinta : “Tapi
ini pendidikan, bukan pelajaran Kimia!! Lagi pula apa asyiknya menonton film
horor!”
Tri :
“Seru tahu …”
Eka :
“Iya benar, menegangkan pula.”
Sinta :
“Tapi dengan begitu kalian hanya diperbodoh agar takut pada hal tahayul!”
Dwi :
“Makannya nonton saja dahulu…”
Sinta :
“Malas banget!! Memangnya nggak ada film lainnya yang lebih bermutu?”
Tri :
“Jangan sembarangan! Ini juga karya anak bangsa loh.”
Perdebatan itu
tetap berlanjut. Suara-suara bernada tinggi itu muai memenuhi seisi kelas yang
saat itu
memang dalam keadaan kosong. Hingga pelajaran selanjutnya di mulai. Hal
itu jelas mengganggu sekawan
manusia di pojok kelas yang sedang melangsungkan
rapat. Menyampaikan aspirasi masing-masing terhadap
hal yag tidak terlalu
penting.
Adegan 2
“KRING … KRING …”
Bel pulang
sekolah tak terasa menyapa seluruh siswa yang sudah sejak tadi dihinggapi rasa
bosan. Semua
murid berhamburan ke luar kelas. Kecuali di kelas X-4 yang tak
tampak seperti biasanya. Ya, tentu karena
tugas kelompok dari sang Guru. harus
dikumpulkan hari ini juga dengan batas waktu pukul 22.00 WIB.
Sinta : “Teman-teman,
nanti kalau tugasnya sudah selesai dikumpukan pada Sinta! Jangan ke yang lain!!”
(berdiri di depan kelas dan langsung kembali ke tempat duduk)
Suasana
kelas mendadak menjadi seperti kantor. Dengan laptop dan tumpukan kertas diatas meja.
Eka :
“Tugasnya ada ada saja ini…” (menghempaskan lembaran kertas)
Dwi :
“Iya benar, apa lagi bahasa Inggris…”
Tri :
“Santai saja seperti yang lain…” (terus memperhatikan laptop)
Datang
tiba-tiba
Pak
Asep : “Anak-anak belum mau
pulang ini teh?” (berdiri di ambang pintu)
Tri : “Iya, nanti Pak
kalau tugas kami sudah selesai.”
Pak
Asep : “Kira-kira sampai jam
berapa itu? Jangan terlalu larut malam ya selesainya!”
Dwi : “Memang kenapa Pak?”
Pak Asep : “Sekolah
ini kalau malam gelap dan sedikit menyeramkan. Takut-takut terjadi sesuatu
yang
tidak di inginkan.”
Dwi : “Bagus!
Bisa ekspedisi malam dong Pak?”
Tri : “Apa
sih kamu Wi, seram tahu!”
Sinta : “Iya
Pak, terimakasih sudah mengingatkan…”
Dwi : “Adakah
yang mau ikut bersama Dwi?” (sambil tersenyum senang)
Eka : “Boleh
juga Wi.”
BABAK 2
Adegan 3
Waktu berjalan
sangat cepat. Tak lama setelah itu matahari sudah jauh tergelincir.Melaksanakan
giliran
menerangi belahan bumi lain. Tiga serangkai itu berjalan melalui
koridor sekolah bersama. Dengan langkah
pelan sambil memperhatikan keadaan
sekolah di malam hari yang jarang mereka lihat.
Tri : “Seram
akut ini sih…”
Dwi : “Biasa saja, hanya bermain dengan gelap.”
Eka : “Eh, itu kan ruang UKS yang katanya angker
bukan?” (menunjuk ruang UKS)
Dwi : “Iya benar…”
Tri : “Ih … jangan begitulah, merinding tahu.”
Eka : “Wi, mau ke sana tapi takut.”
Tri : “Kita putar jalan saja! Lagi pula ini sudah
jam 7 malam.”
Dwi : “Kalian ini mental tempe. Toh hanya lewat
saja..”
Eka : “Ya sudah kamu depan Wi!”
Perlahan mereka berjalan
merindik, tak lepas memandang ruang UKS yang berlampu remang-remang itu.
“DUK DUK DUK”
Dari arah
lapangan terdengar suara bola basket. Walau pun sangat tidak wajar malam-malam
seperti ini masih ada siswa yang bermain basket di lapangan sekolah.
Tri : “Suara apa itu?” (berhenti tepat di
depan ruang UKS)
Dwi : “Semua orang juga tahu itu suara bola
basket Tri!”
Eka : “Iya tuh Wi .. kamu memecah konsentrasi
kami saja Tri.”
Tri : “Serius tahu!!”
Dwi : (maju beberapa langkah dan menengok ke arah
lapangan) “Oh … itu lihat!” (menunjuk
ke arah lapangan)
Eka : “Benar bukan, hanya seseorang yang sedang
bermain basket…”
Dwi : “Tunggu dulu! Tapi siapa yang mau bermain
basket malam-malam?” (bergidik ketakutan)
Tri : “Jangan bercanda kamu Wi!”
Dwi : “Serius! Lihat itu hanya tampak siluet saja
bukan?”
Eka : “Iya …”
“PRANG!!”
Dwi : “Hwaaaaaaaaa ……” (lari terbirit-birit)
Eka : “Ikutttttt …..” (menyusul)
Tri : “Hwaaa seremmm ….”
Pak Asep : ”Ada apa ini?” (tiba-tiba dating sambil menyorotkan
senter ke wajah tiga sekawan)
Tri : “Ada se..setan Pak!”
Sinta : “Kalian
ada-ada saja! Mana ada! Itu hanya sugesti kalian saja yang terlalu sering
menonton film horor.”
Dwi : “Serius
Sinta! Takut badai tahu!”
Pak Asep : “Sudah ..
sudah .. bapak sudah bilang bukan?”
Sinta : “Bapak
benar! Lagi pula kalian itu hrus bisa menyaring suatu hal. Mana yang positif
dan
negative. Kalau bisa jauhi saja fim horor itu. Hanya membuat kita menjadi
penakut!”
Pak Asep : “Ya sudah,
Bapak dan Sinta pergi dahulu. Ada barang Sinta yang ketinggalan.”
(berjalan perlahan)
Tri : “Sinta,
kamu juga?”
Sinta : (Berbalik)
“Hehehe …”
Dwi : “Ternyata
penakut. Sama seperti kita.”
Eka : “Sudah
yuk! Herannya nanti saja. Sekarang ayo pulang! Sebelum siluet itu hadir lagi.”
Tri : “Aku
merinding… hihi” (berlari lagi)
Eka dan Dwi : “Hwaaaaa ……”
Akhirnya tiga serangkai itu berlari secepat mereka bisa untuk enyah
sesegera mungkin dari sekolah itu.
Satu pelajaran untuk mereka dan kita semua. Bahwa
rasa takut akan tumbuh jika kita merasa takut dan
memupuknya. Karena itu
pandai-pandailah memilih segala hal yang berlalu di hadapan kita. Jangan
biarkan
Bangsa Indonesia kembali di jajah secara halus. Terutama melalui budaya.
gomenasai kalau ada typo dan berantakan banget -,- mohon di maklumi
arigatou sudah mampir :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar