Mendengar nama Andrea Hirata maka kita akan
langsung teringat dengan buku yang memiliki penjualan paling fenomenal di
Indonesia sepanjang beberapa dekade terakhir, Laskar Pelangi. Ya, pria asal
Belitong ini merupakan sang penulis dari novel yang diadopsi dari kisah nyata
dirinya sendiri.
Tidak banyak penulis buku novel di Indonesia yang
bisa meraih kesuksesan di tanah air. Namun, ia membuktikan lewat kata demi kata
yang ia rangkai dan menjadi sebuah cerita yang menginspirasi maka keberhasilan
itu bisa tercapai.
Sebelum berada di keadaan sekarang, pria yang
memiliki nama asli Aqil Barraq Badruddin ini adalah anak yang lahir di sebuah
keluarga yang status ekonominya memprihatinkan. Bahkan karena sang ayah hanya
pekerja rendahan maka ia pun disekolahkan di SD Muhammadiyah yang bentuk
gedungnya lebih mirip seperti kandang hewan ternak.
Namun semua keterbatasan yang ia rasakan sejak
kecil sampai remaja membuat dirinya terpacu untuk menggapai impiannya yakni
sebagai penulis.
Bu Muslimah yang tak lain adalah gurunya di SD
Muhammadiyah diakui merupakan sosok penting di balik tumbuhnya cita-cita
tersebut. "Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh
sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya," ujar Andrea.
Pasca menyelesaikan pendidikan SMA di kampung
halaman (Belitong), Andrea memutuskan merantau ke Jakarta. Tujuannya hijrah ke
ibukota tidak lain tidak bukan adalah untuk kuliah. Namun, saat berada di kapal
laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat
karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta.
Berbekal saran nahkoda kapal, ia menumpang sebuah
bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, entah disengaja atau tidak, sang
supir bus justru mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea
lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.
Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh
pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha
kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana,
Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic
Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam
University, Inggris. Ia pun akhirnya lulus dengan status cum laude dan
meraih gelar Master.
Sepulangnya ke tanah air, Andrea bekerja di PT
Telkom pada 1997. Walau bekerja di lingkungan kantor, keinginannya menjadi
seorang penulis masih terus bergelora. Hasrat untuk menulis semakin besar
ketika ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami.
Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur
segera melambungkan ingatannya pada SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski
bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali
membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri
untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu
Muslimah. "Saya mengerjakannya hanya selama tiga minggu," ungkap
Andrea.
Naskah setebal 700 halaman itu lantas digandakan
menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu Muslimah yang
kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya
dalam Laskar Pelangi.
Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop
Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit.
Bak gayung bersambut, penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke
pasar. Tepatnya pada Desember 2005, buku Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar
secara resmi. Dalam waktu singkat, Laskar Pelangi menjadi bahan pembicaraan
para penggemar karya sastra khususnya novel.
Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea
tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah
peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk
dalam best seller.
Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian
kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan
dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Seperti
diketahui, kedua buku selanjutnya itu pun laris manis bak kacang goreng.
Berkat karya-karya yang dihasilkannya, Andrea
mendapat penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada 2007.
Kini, Andrea Hirata masih terus disibukkan dengan
kegiatan menulis dan menjadi pembicara di berbagai acara terutama yang
berkaitan sastra. Bila bicara income maka penghasilannya ditaksir adalah
yang paling tinggi diantara para penulis buku novel di tanah air.
Pelajaran Kisah Sukses Andrea Hirata:
Jangan pernah matikan impian Anda karena suatu saat akan ada jalan yang Tuhan
bukakan untuk mewujudkan impian Anda tersebut.
sumber :
http://www.jawaban.com/read/article/id/2014/01/23%2017:00:00/82/140123181730/Andrea-Hirata,-Kisah-Sukses-Penulis-Buku-Laskar-Pelangi