Selasa, 29 Desember 2015

Anak dan Perceraian

Perceraian adalah hal yang tidak diharapkan oleh siapun. Perceraian ternyata tidak hanya berdampak pada orang tua saja, tapi juga berdampak pada anak.

Berdasarkan pandangan ilmu psikologi dampak perceraian pada orang tua, biasanya orang tua akan stres dan depresi. Namun tanggung jawab orang tua berkurang. Selain itu, pemasukan berkurang (terutama pada perempuan). Orang tua yang bercerai juga memiliki beban mengasuh anak. Bahkan nonresident parent merasa berat karena harus berpisah dengan anak.

Sementara dampak perceraian pada anak, dalam jangka pendek adalah anak akan mengalami masalah emosional, menyalahkan diri sendiri, menarik diri, menampilkan perilaku negatif (marah-marah atau agresif), merasa bertanggung jawab dengan perceraian, merasa takut diabaikan dan gejala physical illness atau psikosomatis. Anak  juga akan stress, manja dan tidak mau lepas dari ortu, menjadi sulit diatur, tidak menurut bahkan menarik diri, tidak mau tidur, berbohong, mencuri, mengompol, membolos, mimpi buruk, psikosomatis dan depresi.

Anak-anak lebih mengungkapkan perasaannya melalui perilaku daripada kata-kata. Maka anak-anak korban perceraian sangat rentan terhadap perilaku-perilaku yang menjerumuskan pada hal yang buruk.

Pertanyaan yang biasa diajukan anak saat kedua orang tuanya bercerai diantaranya apa papa akan meninggalkan kita? Apa aku masih bisa sekolah? Kucingku nanti gimana? Mengapa mama papa tidak saling mencintai seperti orangtua lain? Apakah ini semua karena aku menjatuhkan botol susu? Mengapa mama menangis? Papa kok marah sama mama?

Dan dampak perceraian pada anak dalam jangka panjang, anak merasa kurang bahagia, terhambatnya persahabatan, anak akan malu dan pindah rumah. Dampak lainnya, anak perempuan tiga kali lebih besar melakukan kumpul kebo di usia remaja  Anak perempuan menikah lebih muda kurang dari 20 tahun. Dan anak kurang dapat mengecap pendidikan yang lebih tinggi.

Lalu bagaimana dampaknya bagi bayi?Bayi masih belum mengerti perceraian, tapi mereka dapat merasakan perubahan respon orangtua terhadap mereka. Reaksi yang biasa terjadi adalah perubahan pola makan dan tidur, memiliki masalah pencernaan seperti diare, konstipasi, keluar ludah atau iler, cemas dan takut.

Menurut agama sendiri perceraian merupakan suatu hal yang dibenci. Perceraian akan menyakiti banyak pihak dan wujud dari ketidaksabaran dan egoisme orang tua masing-masing.

Anak korban perceraian yang memiliki dasar agama yang lemah akan lebih mudah terjerumus pada hal-hal negatif. Sedangkan orang tua yan memiliki dasar agama yang kuat biasanya tidak bercerai. Itulah kenapa anak-anak korban perceraian merupakan objek yang rawan berubah perilakunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar