Awan mendung kembali menggelayuti kota ini di sore hari. Ini
aku. Aku yang masih sama seperti hari kemarin. Aku yang mulai tumbuh dari
sekuncup bunga yang entah akan jadi sempurna atau sebaliknya.
Kau tahu? Aku selalu berharap aku bisa menjadi sekuntum bunga
indah yang akan tumbuh secara perlahan.
Gemuruh guntur itu menyapa hariku. Aku tersentak kaget
mendengarnya. Aku bertanya dalam hati, ada apa ini Tuhan? Aku ingin membuang
jauh suara itu. Rasanya aku seperti masuk kedalam dunia baru yang tidak ku kenal.
Semua hal yang aneh dan tak kuketahui menyapaku setiap harinya. Aku ingin lari
menjauh darinya. Tapi aku sadar aku tak bisa.
Sekelebat fikiran datang menyapa ke dalam otakku. Mungkinkah
ini sebuah karma yang datang menghampiriku? Menagih semua benih yang aku tanam
di hari-hari sebelumnya? Jika memang itu benar, dapatkah seseorang
menceritakannya padaku kenapa semua itu terjadi?
Mungkin rasanya baru terhitung 1 minggu aku menanam benih
yang entah aku dapatkan dari mana itu. Aku tak tahu. Aku seperti seorang gadis
bodoh yang terbawa arus yang ada.
Memang benar kata orang, janganlah hidup seperti air
mengalir, karena dia akan membawamu semakin jatuh. Karena air mengalir ke
tempat yang lebih rendah. Arus yang memberiku kesejukan itu seakan mengajakku ikut
kedalamnya.
Kini di hari-hari yang tersisa dalam hidupku kucoba menerima
semua hukum alam itu. Mengayuh diriku jauh menuju ke atas. Lepas dari rayuan
arus yang menerkamku. Aku akan kembali seperti sediakala. Walaupun itu
membuatku kehilangan sinar mentari yang selalu bisa menemaniku. Kau tahu
bagaimana kehidupan seorang manusia tanpa matahari bukan?
Walau perlahan ia akan mati, namun aku tetap berusaha
membuat hiduppku lebih baik di sisa-sisa hari yang ku miliki.
Cukup sudah aku menjadi manusia yang bodoh. Yang selalu
terlena dengan indahnya sebuah tawa di malam yang sunyi di hidupku. Yang selalu
tergoda dengan arus yang tegas dan bergembira bersama yang lewat di hadapanku.
Dengan semua yang telah aku lalui dan ternyata itu salah.
Aku akan mengisi lagi padi-padi di lumbung jiwa dan akalku
dengan sisa hari yang kumiliki. Aku ingin membuat akarku kuat dan aku ingin
membuat batangnya yang penuh buliran padi menunduk, bkan seperti ini.
Walau kini aku berada di tempat asing yang entah di mana.
Namun aku akan terus mengisinya. Walau tanpa matahari yang bersinar menemani
hariku. Walau awan mendung selalu bersamaku.
Tujuanku kini hanya satu. Membuat jantung-jantung setiap
insan yang terlahir di dunia ini bahagia karena telah mengenalku. Aku akan
menjadi ilalang, ketika orang lain memilih menjadi bunga. Karena aku sadar
keindahan tak selamanya berarti indah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar