Malam semakin larut,
kesunyian mulai menyapa di sudut jiwa manusia yang sendiri. Ditemani nyanyian
jangkrik yang mengalun merdu, memainkan simfoni alam yang indah namun ditengah
malam yang semakin larut dan menusuk, Zafa seorang remaja berumur 20 tahun itu
tetap bergelut dengan semua eksperimennya.
Cita-citanya menjadi
seorang ilmuan membuatnya terobsesi menciptakan alat yang bahkan belum pernah
terbayangkan orang lain.
“Zafa, aku bosan
melihatmu merakit benda tak jelas seperti itu. Lebih baik kau belajar agar
study mu cepat selesai .. yah walau aku tahu kau orang yang pintar,” ucap Riko
teman satu kos Zafa.
Zafa hanya tersenyum dan
kembali melanjutkan menyelesaikan eksperimennya. Mungkin ia sudah tak peduli
lagi dengan kata-kata orang lain tentang dirinya. Walaupun itu Riko, yang
notabene sahabatnya sendri.
“Kau ini benar-benar
orang yang optimis!” Riko hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat
tingkah sahabatnya itu.
“Semoga kau berhasil
menciptkannya .. aku ngantuk, aku duluan yah ...,” Riko perlahan beranjak
menaiki tangga di hapannya. Bersiap memenuhi panggilan pulau kapuk yang terus
memanggilnya.
“Suatu saat akan aku
buktikan padamu bahwa aku bisa melihat masa depan dengan alat ini. Aku yain
itu!” Zafa berkata sambil menyunggingkan senyumnya, yang membuat Riko
menghentikan langkahnya.
“Maksudmu menciptakan
mesin waktu seperti di televisi itu? Yang bisa membawamu ke masa depan?” Tanya
Riko tak yakin dengan ide aneh sahabatnya itu. Zafa hanya tersenyum
menjawabnya.
“Terserahlah ..,” Riko
kembali melanjutkan langkahnya dengan malas.
“Aku berjanji kau orang
pertama yang akan melihat kemampuan alat yang kuciptakan ini!” Lajut Zafa yang
masih terus memoles senyum di wajahnya.
“Kau ini, yasudah aku
pegang janjimu!” Riko menjawabnya dengan malas, ia sudah hafal dengan tigkah
sahabatnya yang satu ini. Dengan semua ide-ide aneh yang memenuhi otaknya.
Mungkin karena dia terlalu pandai, bahkan mungkin bisa dibilang jenius.
Sampai-sampai ia pernah berfikir menciptakan manusia yang bersinar dengan
menyisipkan gen ubur-ubur mealui rekayasa genetika. Memang aneh sahabatnya ang
satu ini.
****
2 hari sudah Zafa
mengerjakan eksperimennya. Tanpa tidur sekalipun. Ia hanya makan untuk
istirahat sejenak, kemudian melanjutkan eksperimennya yang hampir selesai. Itu
pun hanya sekali sehari. Ia seperti lupa segalanya karena mengerjakan
eksperimennya itu.
Alat yang ada
ditangannya kini mulai terbentuk dan hampir selesai. Hanya tinggal diberi
polesan sedikit lagi. Alat itu terlihat hanya seperti sebuah jam tangan biasa
yang terdapat rantai kecil di ujung-ujungnya. Sekilas tapak seperti sebuah
kalung. Rantai-rantai itu digunakan sebagai pegikat untuk mengalungkan jam
ciptaannya. Disalah satu pinggitan jam terdapat tombol berukuran sedang yang
dapat diputar sesuai kebutuhan.
“Zafa, sudah dulu!
Jangan sampai kau sakit gara-gara ini. Besok kau ada makul, jadi jangan tidur
terlalu larut!” Titah Riko yang prihatin melihat sahabatnya yang bahkan saking
seriusnya mengerjakan mesin waktu itu sampai lupa makan.
Namun Riko juga bangga
dengan semagat yang dimiliki Zafa sahabatnya. Wataknya yang selalu berkemauan
keras membuatnya tidak akan pernah berhenti sebelum apa yang dicita-citakannya
tercapai. Itulah yang Riko suka dari sahabatnya. Sikap optimis dan jiwa yang
tangguh memang menjadi modal segalanya dalam diri manusia.
“Sebentar lagi Ko, nanti
juga aku makan,” Zafa masih tetap bersikeras melanjutkan eksperimennya.
“Cepat Zafaaa!!” Bentak
Riko. Bukan karena dia benci atau apa, tapi karena ia tak mau sahabatnya sakit
dan tak bisa melihatnya bekerja keras demi cita-citanya kagi.
Awalnya Zafa menolak,
namun akhirnya ia mengalah juga. Toh, perutnya juga sudah berdemo karena sejak
kemarin tak terisi apapun. Mungkin karena begitu seriusnya Zafa menciptakan
alat yang katanya akan menjadi sejarah dalam ilmu teknologi di dunia ini.
Entah dari mana ide
anehnya itu berasal. Dia bilang gara-gara menonton film kartun Doraemon di TV.
Bukaknkah Doraemon adalah kucing masa depan? Kucig abad 22? Dari situlah Zafa
ingin tahu tentang seperti apa kehidupan selanjutnya di masa depan. Melihat
seperti apa benda atau bahkan hewan-hewan di masa depan. Adakah benda canggih
lain yang akan tercipta.
Karena itu Zafa
berinisiatif membuat sebuah alat yang tidak hanya bisa dipakai untuk
pengetahuan tentang masa depan. Namun bahkan bisa membawa seseorang pergi ke masa
depan.
****
Esok harinya ...
Riko cepatlah pulang!!mesin waktuku suda berhasil tercipta :)
Zafa mengirimkan pesan
singkat kepada Riko yang mengabarkan bahwa eksperimennya berhasil.
Riko yang tengah santai
berjalan di koridor kampus ITB itu bergegas pulang untuk melihat mesin waktu
yang dibuat Zafa. Sedikit terbesit juga rasa penasaran dalam hatinya tentang
mesin waktu yang diciptakan sahabatnya dengan susah payah itu.
Sebuah benda
yang jika berhasil akan mebuktikan bahwa Indnesia ju ga memiliki seorang yang
hebat selain Habibi. Seseorang yang akan menjadi pencipta sejarahpaling
spektakuler nantinya, dengan mesin waktu hasil buah tangannya.
Hosh .. hosh ..
Dengan nafas tersengal
Riko segera menghampiri Zafa yang telah duduk menantinya di ruang tamu. Tempat
kos Zafa dan Riko memang sebuah rumah, dimana di dalamnya tedapat beberapa
kamar yang didisi Riko, Zafa dan mahasiswa lainnya. Mungkin bisa dibilang juga
seperti menyewa rumah.
Riko tersenyum miris
memandanga sahabatnya yang tengah mengembangkan senyum itu. Zafa tampak tak
sehat, terlihat ada kantung dimatanya. Mungkin karna ia tida tidu sekitar 2
malam. Wajahnya juga terlihat pucat.
Ia tetap tersenyum
melihat Riko yang datang dengan nafas tersengal-sengal dan menatapnya dengan
rasa bangga dan prihaatin. Bahwa pada semangat dan kemauan keras yang dimiliki
sahabatnya ini. Sampai-sampai ia ingin menciptakan sesuatu yang belum bosa
dimengerti akal.
“Akhirnya kau datang
juga. Kau tahu? Aku berhasil menciptakannya,” ucap Zafa dengan bangga sambil
terus terukir senyum di wajahnya yang pucat. Riko hanya diam dan menunggu
kalimat Zafa selanjutnya, dan tentunya menanti Zafa yang membuktikan kemampuan
mesin waktu ciptaanya.
“Pertama-tama kau hanya
perlu berdiri pada tempat yang lebih tinggi,” ucap Zafa yang perlahan melangkahkan
kakinya menuju lantai 2.
“Aku menciptakan mesin
waktu ini dengan prinsip kecepatan cahaya yaitu 300.000.000 m/s. Dengan membuat
kecepatan 0,3 x kecepatan cahaya, maka aku dapat melatasi waktu menuju masa
depan.”
“Dengan memanfaatkan
grafitasi sebagai landasan awal keberangkatanku menuju abad 22 di masa depan.
Hanya sengan 3 kali putaran jam aku dapat menuju abad 22. Karena 0,9 x
kecepatan cahaya setara denga 4,5 tahun cahaya dan 100 tahun di bumi.”
“Ku jangan hawatir! Aku
pasti akan berhasil dan menciptakan sejarah baru dalam dunia teknologi. Dan
tentunya aku akan membawa oleh-oleh dari abad 22.”
“Kau jangan main-main
Zafa! Itu benar-benar tak masuk akal. Mana mungkin kau bisa merasakan dilatasi
waktu. Bahkan apolo yang membawa manusia ke bulan pun tidak bisa melebihi
kecepatan cahaya, hanya sekitar 25.000 mil/jam.” Riko yang masih tak percaya
dengan apa yang aZaafa katakan terus memberi bukti bahwa prinsip yang dicitakan
Zafa sangat tak mungkin.
“Klau begitu lihatlah,
aku akan berangat menuju abad 22,” ucap Zafa dengan mantap. Walau ia sediri
belum bisa membuktikan kemampuan mesin waktun yang ia ciptakan.
Riko hanya menyaksikan
Zafa yang perlahan terus melangkah dengan perasaan teganga dan penasaran.
“Tunggu!” Riko ber
teriak menghentikan langkah Zafa pada tangga ke 5.
“Berjanjilah kau akan
kembali dan menceritakan tentang abad 22!”
“Pasti! Kau harus tunggu
aku datang dan menceritakan sem tentang abad 22,” jawab Zafa sambl
menyunggingkan senyum mantapnya.
Dengan rasa tak rela
Riko akhirnya terpaksa hanya bsa menyaksikan sahabatnya yang akan membuktikan
kemampu mesin waktu buatannya.
Mesin waktu yang ia
ciptakan kini telah melingkar di lehernya. per lahan tapi pasti Zafa memutar
jarum jam sebanyak 3 x.
“Apa yang dia lakukan?”
Ucap Riko yang hawatir dan heran melihat Zafa yang sepertinya akan melompat ke
bawah dari lantai 2 itu.
Wuusshh ....
Bersamaan dengan
meloncatnya Zafa dari lantai 2 itu, terdengar bunyi seperti suara pantulan
angin disertai sinar yang begitu terang, yang menyilaukan mata siapapun yang
melihatnya.
Riko menyipitkan matanya
dan menghalangi sinar itu dengan peunggung tangannya. Agar sinar itu tak
membuat matanya pedih arenanya. Seketika cahaya itu menghilang, dan Zafa telah
tiada.
“Kemana Zafa? Apa dia
berhasil?” Ucap Riko yang rasanya belum bias mencerna kejadian yang baru
dilihatnya.
“Aku tahu kau pasti
berhasil! Setidaknya kau dapat membuktikan bahwa alatmu dapat menghilangkan
seseorang. Kutunggu ceritamu tentang abad 22,” gumam Riko yang kagum akan
kecerdasan sahabatnya itu. Para ilmuan dan orang-orang di dunia ini akan
mengakui kecerdasan Zafa jika dia bisa kembali dan membuktikan juga kepada
semua, bahwa dia telah berhasil menciptakan sebuah mesin waktu. Namun apakah
dia bisa kembali seperti sediakala?
Entah apa yang ia buat
sebenarnya, hingga membuat seorang berkepribadian dingin dan diam itu begitu
tekun mengerjakan eksperimen-eksperimennya. Setiap orang yang melihatnya pasti
merasa kagum karena keggihannya. Namun akan merasa heran ketika mahasiswa
Institut Teknologi Bandung itu ditanya tentang eksperimennya ia pasti menjawab,
‘aku akan melihat masa depan dengan alat yang kuciptakan’. Memang terdengar
aneh dan mustahil, namun itulah jawaban yang selalu Zafa berikan pada setiap
orang yang bertanya padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar