Jumat, 12 Juli 2013

Celah Kecil Diantara Takdir dan Waktu Itu Bernama Cinta







Kamu datang tiba-tiba tanpa aku undang. Bekerjasama dengan waktu, kamu tanpa permisi memasuki hatiku. Dengan waktu juga kamu membuat segala prosesnya menjadi indah membentuk sebuah kenangan yang terukir di hatiku.


Tiba-tiba kamu membuat waktu terasa hampa tanpa terlewati bersamamu. Membuatku selalu teringat tentangmu. Tawamu menghisasi mimpi dan diamku. Segala tingkah konyolmu tiba-tiba menjadi penghibur yang selalu kurindukan.

Namun aku benci kenyataan itu. Kenyataan bahwa aku mencintaimu.

Karena aku tahu, waktu yang kau berikan itu bukan untukku. Waktu yang kau sediakan untuk mengarungi perjalanan hidup itu bukan untukku. Senyum yang merekah indah dalam guratan wajahku itu bukan senyum karenaku, tapi karena dia.

Aku tahu saat kau tertawa riang itu bukan karena mengajakku ikut tertawa bersamamu. Tingkah konyolmu yang terekam jelas dalam ingatanku dan tiba-tiba muncul juga bukan untukku. Tapi untuk dia yang kau rindukan senyumnya, tawanya, dan kebahagiannya.

Salahkan saja waktu yang membuat cinta itu hadir mengisi kekosongan hatiku. Salahkan aku yang membiarkan proses pembentukan kenangan itu masuk begitu saja dan melekat dalam diriku. Hingga aku bahkan tak bisa memejamkan mata dengan tenang.

Sakit rasanya saat tahu waktu berhianat padaku. Waktu yang merayuku semua tentangmu dan pergi begitu saja membuatnya begitu menyanyikatkan. Tapi waktu tak pernah mau disalahkan. Dia akan selalu membela diri dengan membawa nama takdir.

Bagiku keduanya sama. Sama-sama membuat hat ini terasa sakit. Kau tahu wahai waktu dan takdir? Ini bahkan kali pertama aku jatuh cinta, tapi kenapa kau buat rasanya sesakit ini?

Pernah aku berharap suatu saat aku menemukan seekor Pegasus, yang dengan sayapnya mengajakku terbang jauh. Terbang ke tempat yang dipenuhi tanaman berlian. Di tempat itu air mengalir dengan sejuk. Gemerciknya menenangkan jiwa. Air itu air kehidupan.
J
ia aku sampai di sana. Aku ingin membasuh ingatan dan hatiku dari sosoknya. Membuat semuanya kembali normal. Menyingkirkan cinta yang menyiksa itu. Namun saat malam berakhir aku sadar. Aku sadar bahwa semuanya hanya mimpi.
Karena ketika kusadari, aku tak pernah sanggup melupakanmu. Kamu selalu ada bahkan dalam terpejamnya mataku.

Aku ingin menjerit sekeras kubisa. Aku lelah dengan semua permainan waktu dan takdir. Aku lelah dengan perasaanku yang tak bisa kualihkan. Letih aku bersabar. Bersabar berharap dan menunggu suatu saat cinta hadir dalam jiwamu dengan namaku di dalamnya.

Hei kamu yang datang tak diundang! Dapatkah kamu memberiku alasan kedatanganmu? Untuk apa kau datang jika hanya menyakiti hatiku atas nama cinta?

Ternyata kenyataan terpahit untukku adalah “Bahwa aku tak bisa melupakanmu” sekeras apa pun aku mencobanya.

2 komentar: