Jumat, 13 Januari 2017

Cahaya Cinta Pesantren Review

Assalammu'alaikum.....
kali ini saya akan memberikan sedikit riview mengenai film yang baru saya nonton. Sebelumnya mohon maaf kalau reviewnya masih sangat sederhana dan banyak typo bertebaran. Karena baru memulai aktif menulis lagi sesuai resolusi tahun baru hehehe




Cahaya Cinta Pesantren. Hari pertama lauching dengan tanpa prediksi tiba-tiba saja saya menonton film ini. Sebenarnya sudah lama dinanti-nanti, karena penasaran dengan penggambaran kehidupan pesantren seperti apa yang ada di dalam fil. Walaupun film ini berangkat dari novel dengan judul yang sama karya Ira Madan yang diterbitkan tahun 2014, tetapi saya memutuskan menonton filmnya dahulu. Tak seperti biasanya yang pastilah harus membaca bukunya terlebih dulu.

Oke singkat cerita. Sama seperti yang diceritakan dalam novel. Tokoh dalam Cahaya Cinta Pesantren ini melibatkan Marshila Silalahi atau biasa dipanggil Shila yang diperankan oleh Yuki Kato dan ketiga sahabatnya yang diperankan oleh Sivia Azizah, Febby Rasstanty dan Vebby Palwinta. Film ini bercerita tentang kehidupan pesantren dengan segala permasalahannya.

Shila adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga nelayan yang terpaksa melanjutkan sekolah SMA nya ke pesantren karena gagal seleksi masuk SMA Negeri favorit dan keterbatasan biaya keluarganya. Awalnya Shila menolak, namun akhirnya tetap mengenyam pendidikan di pesantren walau dengan berat hati.

Pada awal film diceritakan tentang kehidupan khas pesantren. Mulai dari disiplin terhadap waktu sholat, mengantri makan, hukuman bagi yang tidak menjaga kebersihan, budaya belajar di mana pun dan hukuman-hukuman yang diterima ketika melanggar suatu aturan.

Awalnya saya dibuat bertanya-tanya apa maksud “cinta” dalam judul film ini. Mungkin ini karena saya belum membaca novelnya. Tapi perlahan saya mulai mengerti. Ternyata Shila jatuh cinta pada lelaki yang bahkan dia pun tak tahu siapa.menurut saya film ini memiliki sisi romantis yang sangat halus, romantis yang menggetarkan hati, menyentuh bagian terdalam manusia. Tak seperti film-film romantis yang lain yang jatuh cinta karena berda pada satu payung yang sama ketika hujan, tanpa sengaja saling bertabrakan, tanpa sengaja mengambil barang yang terjatuh bersama, tanpa sengaja diam-diam memperhatikan. Film ini disajikan dengan sederhana tapi dalam.



Singkat cerita kehidupan Shila terus berlanjut di pesantren itu, begitu pun dengan kisah cintanya. Yang menarik di sini adalah diperlihatkannya adegan Muhadhoroh, semacam belajar berpidato atau berdakwah. Bagi yang pernah menjadi santri pasti mengerti bagaimana rasanya, bagaimana malunya ketika pertama kali melakukannya.

Secara keseluruhan saya benar-benar salut dengan film ini. Bagus, penuh makna, kocak dan pesan dakwahnya sampai  kepada penonton. Mungkin tak banyak yang tertarik menonton genre film religi seperti ini, padahal notabene mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Entahlah, saya juga tidak mengerti kenapa.

Film ini mengajarkan kita tentang iklah, ikhlas dan ikhlas. Ikhlas dalam segala hal. Ikhlas terhadap apa yang kita dapatkan. Apa yang kita jalani saat ini. Baik itu seperti yang diharapkan atau tidak. Ihklas menerima apa yang ditakdirkan oleh Allah. Ikhlas dalam merelakan dan ikhlas dalam enerima. Termaksud ikhlas terhadap cinta. Ikhlas terhadap penantian.

Kekurangan film ini menurut saya adalah KURAANGGG LAAAMMAAA. Kurang banget durasinya hahahaha.


Film ini rekomen banget buat kalian yang penasaran kehidupan pesantren, yang butuh semangat, yang sedang belajar ikhlas,bahkan yang sedang dalam penantian, bersama memantaskan diri. Sukses untuk film Cahaya Cinta Pesantren J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar