Sabtu, 02 Maret 2013

Bukan Matahari dan Angin



Semua orang berfikir bahwa matahari adalah hal terindah dan paling berharga dalam hidupnya. Namun hal itu tak berlaku bagiku. Aku tak pernah memilih kau sebagai matahari untukku. Matahari dengan segala kelebihannya yang jelas tersohor.

Aku butuh kamu yang bisa menghargai aku. Bukan matahari yang seakan sombong karena sinarnya yang di sama-samakan dengan sang bulan. Dan yang paling penting adalah karena aku tak mau kau hanya ada di saat pagi hingga senja, dan hilang ketika malam menyapa.

Aku ingin kamu selalu ada, setidaknya bukan hanya untuk menumbuhkan bayangan diriku. Tapi untuk selalu ada mengerti aku. Bukan menghidupkan banyangan yang hanya seolah menolakku secara halus.

Sampai salju turun di Jakarta pun kurasa aku tak sanggup mengubah itu. Mengubah arti bahwa kau adaah matahari. Yang tak peduli pada teriakan panas manusia.

Ketika merasakan angin, aku ingin kau adalah angin itu. Membelai sejuk jiwaku. Menyapaku dan merayuku mengeluarkan teriakan-teriakanku. Lalu membawanya pergi tanpa kata namun meninggalkan ketenangan luar biasa.

Agar aku bisa selalu merasakan kehadiranmu. Menjawab semua rayuan penggangu jiwa ini, mengeluarkan segala jeritan hati. Agar hati ini selalu sejuk dan tenang. Agar aku bisa selalu merasa bahwa kau ada. Walau aku tak bisa melihatnya, tapi perasaan ini tak pernah bohong bahwa kau ada.

Ini hanya sekedar egois diriku padamu. Jika kau menyadari semua kesombongan dan keacuhan matahari, masihkah kau ingin menjadi matahari? Tidak kah berharap menjadi angin? agar selalu bisa ada di sampingku?

Terkadang ingin kuteriakan bahwa kau manusia teraneh, yang tak pernah bisa kumengerti. aku mencoba mengerti pilihanmu tentang matahari itu. Tapi kau sendiri tak bisa memberiku bukti! Memberiku rasa nyaman tentang semua itu!

Jika suatu saat kau tahu arti sebuah angin yang sepoi-sepoi itu, aku mohon saat itu kau bisikan padaku. Bahwa kau adalah angin yang kuinginkan walau melalui proses egois. Namun jika sampai salju itu turun di Jakarta kau masih selalu mwnjadi matahari yang ada di saat siang, maka aku akan bersabar. Selalu bersabar sampai Tuhan memberi arti ain tentang dirimu yang sesungguhnya. Bukan lagi matahari atau angin.

Karena hakikat cinta tak pernah luput dari air mata dan tawa.


Aku tunggu kau pada pilihan Tuhan. Walau entah kapan itu datang aku hanya berharap kau menyadarinya, menoleh padaku barang sedetik saja.





nb : terinspirasi dari suara hati kawanku hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar