Kamis, 28 Februari 2013

Jalanan Itu Bernama Kehidupan


Hidup seperti menyusuri jalan. Ada jalan setapak dan ada jalan besar. Namun semua tak dapat kita pilih. Karena pada hukum alam yang berlaku, jalan besar akan hadir ketika jalan setapak telah dilalui.


Terkadang dalam perjalanan manusia berfikir. Sanggupkah ia mengikuti jalan ini sampai akhir? Kenapa tak kunjung tampak jalan besar itu? Jalan di mana manusia tak harus lagi menggunakan tangannya dengan kasar. Dengan benda tajam bersiap menyingkirkan jeruju yang mengganggu, terkesan seperti membuka jalan memang.


Dalam perjalanan manusia menemui banyak hal baru yang terkadang membuatnya ingin menyerah. Berhenti di tengah perjalanan tanpa tahu jalannya sudah dekat atau kah masih sangat jauh.


Ada banyak cara melalui jalan itu. Ada yang dengan membawa seorang teman, sehingga tak kesepian sepanjang jalan. Ada juga yang membawa berbagai barang sebagai perlengkapnnya. Dan ada juga yang hanya membawa diri. Si pembawa ini juga akan terbagi lagi menjadi 2 macam. Pembawa diri dan semangat atau pembawa diri dan rasa pasrah terhadap takdir.


Tapi pada akhirnya manusialah yang menentukan jalannya sendiri-sendiri. Dengan caranya tersendiri melalui jalan panjang.


Saat ini salah satu manusia di perjalanan itu sedang merasakan letih yang amat sangat. Merasakan bahwa ini adalah titik terakhir kekuatan dirinya. Ingin rasanya jiwa itu berteriak memohon agar seseorang datang membantunya. Namun pada kenyataannya ia hanya melalui jalan ini sendirian.


Jiwanya penuh dengan penat dan peluh. Penat menghadapi semua jeruju jalanan yang dilaluinya. Dan peluh yang selalu berpasangan dengan sang letih hasil kerja kerasnya yang tak kunjung tampak. Jiwa manusia itu ingin sekali berakhir. Berakhir saja sampai perjalannya di sana. Di tengah-tengah antara jalan besar. 

Semoga Tuhan memberikan seseorang yang bisa membantunya berjalan melewati jalan kehidupan. Hingga jalan besar tampak baginya dan seseorang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar