Jumat, 12 Juli 2013

Celah Kecil Diantara Takdir dan Waktu Itu Bernama Cinta







Kamu datang tiba-tiba tanpa aku undang. Bekerjasama dengan waktu, kamu tanpa permisi memasuki hatiku. Dengan waktu juga kamu membuat segala prosesnya menjadi indah membentuk sebuah kenangan yang terukir di hatiku.


Tiba-tiba kamu membuat waktu terasa hampa tanpa terlewati bersamamu. Membuatku selalu teringat tentangmu. Tawamu menghisasi mimpi dan diamku. Segala tingkah konyolmu tiba-tiba menjadi penghibur yang selalu kurindukan.

Namun aku benci kenyataan itu. Kenyataan bahwa aku mencintaimu.

Senin, 24 Juni 2013

Cinta dalam Secangkir Kopi






Aku menyeruput kopi tubruk favoritku. Dengan panas yang sedang aku menikmati rasanya yang pahit sedikit manis. Menyesapi harumnya yang menggelitik hidung ini, membawa candu untuk tetap mengirupnya.

Rintik hujan di luar sana masih terdengar sangat jelas. Bau harum tanah menyeruak memaksaku membagi harum kopi ini di pagi yang gerimis. Jalanan di hadapanku tampak sepi. Hanya ada beberapa pejalan kaki denga suara ceplak telapak kakinya yang terdengar jelas. Dengan berlindung di bawah payung mereka tetap berjalan.

“Tumben sepi ya Pak.” Aku membuka suara, mengajak berbincang Pak Anwar pemilik kedai kopi langgananku.

“Ini kan hari Minggu Neng mungkin manusia-manusia itu masih terbuai dalam mimpi masing-masing.” Pak Anwar menjawab pertanyaanku seraya menata apik kedainya. Memang sepagi ini kedai baru dibuka sehingga Pak Anwar masih sibuk menata dagangannya.

Senin, 10 Juni 2013

CLOUD


Mengagumi seseorang itu menyenangkan tetapi sakit. Sama seperti aku yang mengaguminya. Mengagumi seseorang yang aku tak mengerti.

Tak tahu sejak kapan aku memulainya. Aku hanya merasa tiba-tiba rasa rindu ingin melihat sosoknya setiap saat datang. Merasa tiba-tiba dia hadir dalam mimpiku.
Sejak saat itu datang, hari-hari yang kujalani tak lagi seperti dulu. Hati ini tiba-tiba saja tanpa aku mengerti berdebar kencang tak terkendali. Terlebih ketika aku berada didekatnya.

Kawanku berkata, “Mungkin kamu menyukainya!”
Ah apa pula itu, tak mungkin bukan? Dia hanya seorang laki-laki yang berpikiran dewasa dan baik hati. Dari mana mereka biasa menyimpulkan semua itu.

Hari demi hari aku mencoba membiasakan diri dengan perasaanku itu. Membiasakan diri ketika berada di dekatnya. Bahkan hanya ketika kami saling berpapasan.

Seperti awan di langit aku berharap tentang perasaanku ini. Seperti berbagai bentuk awan yang tiba-tiba berubah, seperti itulah aku berharap tentang perasaan. Tentang perasaanku yang juga dapat berubah ketika aku sadar bahwa memang ini yang dinamakan cinta. Aku tak ingin seperti pagar makan tanaman. Karena itu sekuat tenaga aku ingin menghapus semua perasaan ini.

Ketika rasa itu tertanam semakin dalam, tiba-tiba seseorang datang. Seperti hadiah yang diberikan Tuhan. Aku mengenalnya, bahkan sangat mengenalnya. Namun aku tak bia memungkiri diriku bahwa aku tidak bisa menerimanya. Bahwa sudah ada seseorang di hati ini. Awan telah memilih hujannya sendiri. Hujan yang menyirami hatiku. Membuat bunga-bunga tetap bermekaran.

Maafkan aku yang tidak bias memilihmu. Kamu orang yang baik dan aku yakin. Suatu saat Tuhan akan memberikan hadiah indah untukmu kawan. Bukankah akan lebih sakit jika aku membohongimu? Semoga kenyataan yang dilandasi kejujuran lebih baik, walaupun itu sakit.

Dan akhirnya aku masih di sini. Berusaha menelusuri dan memahami lekuk ranting pohon itu. Selalu menunggu di bawah kerindangannya. Menunggu hingga sang pohon menggugurkan daunnya. Walaupun itu berjuta-juta kali aku menunggu.

Biarlah perasaanku yang memutuskan. Untuk tetap berlanjut menunggu atau pergi. Karena pada hakikatnya yang aku inginkan adalah kenyamanan hati. Bukan sekedar pandangan belaka.

Senin, 18 Maret 2013

Harapan Itu Akhirnya Tertidur




Harusnya aku tak perlu mengenal kisah-kisah romantis itu. Yang hanya mencekokiku dengan semua keindahannya. Aku sudah melangkah di jalan yang salah. Tidak bahkan bukan lagi melangkah. Ini sudah seperti berjalan dan berlari sangat jauh.

Harusnya dari dulu aku sadar bahwa cinta yang murni adalah cinta untuk-Mu. Bukan untuk siapa-siapa. karena-Mu dan bukan karena nafsu atau hal lain.

Awalnya aku menyambut semua dengan hangat. Tanpa ada keluh kesah dan bahkan berpikir bahwa masa ketika angin sudah tak lagi berhembus datang menyapaku. Harusnya aku tau bahwa kau tak lebih dari angin. Yang hanya datang memberi kesejukan lalu pergi lagi tanpa permisi.

Sudahlah, untuk apa kau seperti ini nak! Kau tau bukan Tuhan selalu punya maksud indah dalam setiap kejadian yang digariskannya? Dan hal itu berlaku pula pada kisahku.

Biarlah kisah ini membuatku menjadi semakin dewasa. Menjadi seorang wanita yang kuat. Menjadi manusia-manusia yang bisa hidup dengan tanganmu sendiri.Cukup menikmatinya dari sini. Menyaksikan kisahnya terselesaikan dan meniti kembali mozaik kisahku.

Bukankah cinta memang tak harus memiliki? Ini hanya sebuah bumbu dalam kisahku. Yang membuatnya semakin mempesona.

Kini ku ikrarkan padamu bulan. Bahwa aku tak akan lagi menggantungkan harapan itu di pundakmu. Saat ini juga aku akan mengambilnya. Membawanya jauh ke negeri entah berantah. Cukup kau tahu rasanya dan bagaimana.

Bodohnya baru aku sadar bahwa termyata salju memang tak akan pernah turun di Jakarta. Tak peduli sekuat apa pun aku berusaha. Dan dengan tak adanya harapanku lagi di pundakmu, saat itulah kisah sang pengagum yang kini bukan lagi rahasia berakhir. Walau tanpa akhir yang bahagia. Setidaknya sang pemilik kisah beruntung. Karena cinta hadir dalam kisah hidupnya.

Semoga suatu saat nanti kau bisa memandang seorang gadis berumtung di sana, seperti aku yang memandangmu. 

Dia memang lebih dulu hadir dan mengisi kekosongan itu. Semoga semua harapanmu dengannya tak berakhir dengan tidur. Tak seperti harapanku.



                                                                                                   Dari Pengagummu setelah 3 bulan berlalu

Kamis, 14 Maret 2013

Dapatkah Menjadi Seperti Pohon dan Angin




Aku memandangmu lagi. Jatuh lagi kedalam keindahanmu. Dan itu membawaku pergi jauh ke masa lalu. Menari mengikuti alunan lagu yang indah di dalamnya.

Apakah kau masih bsa mendengarnya? Mendengar alunan lagu itu yang membuatku menari? Jika kau masih bisa mendengarnya, lalu bisakah kau melihat aku yang menari bahagia di dalamnya? Dapatkah kau lihat betapa bahagianya aku?

Berulang kali aku berteriak pada angin bahwa aku ingin seperti itu lagi. Aku ingin menari dengan alunan lagu itu. Lagu yang kau ciptakan. Lagu yang memberi keindahan dalam hidupku. Memberi berjuta rasa baru dengan sensasi yang berbeda. Karena aku berharap dengan berteriaknya aku pada angin maka kau akan tahu. Karena aku pikir angin akan membawa jeritanku bersama belaian lembutnya yang mengibarkan beberapa cabang rambutmu.

Jika ujung dari blackhole itu dapat kubengkokan, aku akan menelusuri lorongnya. Berharap bertemu masa lalu yang mempertemukanku dengan satu kejadian itu lagi. Kejadian di mana kaulah yang menjerit pada angin itu. Kaulah yang memohon padaku untuk mengulang semua masa indah yang kita lalui.

Maka ketika masa itu datang aku tak akan ragu untuk mengatakan “Ya”. Aku tak akan ragu untuk memulai semua kenangan itu lagi.

Aku tahu kau merasakan semuanya. Semua jeritanku pada angin. Tapi aku tak tahu kenapa kau tak menjawabnya. Apakah kau tidak seperti dulu lagi? Apakah kau sudah tak ingin mengulang kenangan itu lagi? Atau kau sudah menemukan aku yang lain dalam kehidupanmu saat ini?

Tuhan, aku ingin membuat sebuah pengakuan. Pengakuan bahwa aku sungguh menyesal. Membubuhkan tanda hitam di atas putih tentang salju yang turun di Jakarta itu. Menunggumu hingga salju turun di Jakarta.

Dapatkah aku menemukan sebuah pengahapus atas goresan hitam itu? Bukan sebuah tip-ex yang hanya bisa menutupi goresan itu lalu membubuhkan kata-kata baru. Aku ingin semua tanda hitam itu hilang.

Mereka berkata bahwa ‘buang saja kertasnya, maka otomatis tanda hitam itu juga hilang’. Tapi kenyataannya aku hanya memiliki satu kertas yang jika aku membuangnya, maka tak akan ada tanda warna warni yang dapat kau ciptakan.

Kini rasa yang penuh harapan ini berubah menjadi pegagum. Pengagum diam-diam.
Dan aku sadar bahwa perasaan ini akan kubawa entah sampai kapan. Mungkin akan sepertimu. Sampai aku menemukan kamu yang lain dalam hidupku dikemudian hari.

Tapi setidaknya jika kau tak bisa bernyanyi lagi untukku, bisakah kita menjadi pohon dan angin? Kau yang seperti pohon dengan cabang uniknya yang mempesona dan aku dengan angin yang membantumu bergerak, mengekspresikan semua rasamu?

Namun aku menyadari satu hal. Yang membuatku masih bertahan hingga saat ini. Bertahan dan mencoba membuat rantingmu bergerak dengan sepoi anginku.

“Kehilangamu ternyata lebih baik dari pada tidak mengenalmu sama sekali. Karena dengan mengenalmu aku mengerti bahwa waktu menjadi sangat berharga”

Senin, 04 Maret 2013

Ketika Bayanganmu Bukan Lagi Milik Dirimu

"Iya, hanya aku saja yang mencintainya"


Kau tahu seperti apa rasanya ketika kata-kata terucap begitu saja? Hanya satu kalimat memang, namun sangat dalam sakitnya.


Kata-kata itu dimulai ketika 4 tahun lalu dengan seragam putih biru yang kukenakan. Entah angin dari mana hingga tiba-tiba rasa itu datang dan mengubah semua pandanganku tentangmu.


Sabtu, 02 Maret 2013

Bukan Matahari dan Angin



Semua orang berfikir bahwa matahari adalah hal terindah dan paling berharga dalam hidupnya. Namun hal itu tak berlaku bagiku. Aku tak pernah memilih kau sebagai matahari untukku. Matahari dengan segala kelebihannya yang jelas tersohor.

Aku butuh kamu yang bisa menghargai aku. Bukan matahari yang seakan sombong karena sinarnya yang di sama-samakan dengan sang bulan. Dan yang paling penting adalah karena aku tak mau kau hanya ada di saat pagi hingga senja, dan hilang ketika malam menyapa.

Kamis, 28 Februari 2013

Jalanan Itu Bernama Kehidupan


Hidup seperti menyusuri jalan. Ada jalan setapak dan ada jalan besar. Namun semua tak dapat kita pilih. Karena pada hukum alam yang berlaku, jalan besar akan hadir ketika jalan setapak telah dilalui.


Terkadang dalam perjalanan manusia berfikir. Sanggupkah ia mengikuti jalan ini sampai akhir? Kenapa tak kunjung tampak jalan besar itu? Jalan di mana manusia tak harus lagi menggunakan tangannya dengan kasar. Dengan benda tajam bersiap menyingkirkan jeruju yang mengganggu, terkesan seperti membuka jalan memang.

Untukmu Si Pengganggu Hariku

Aku tak tahu dari mana rasa ini mulai ada. Dari mana rasa ini tumbuh dengan suburnya. Tanpa kau sirami air, apalagi memberinya pupuk.

Kamu mulai hadir dalam hari-hariku sejak saat itu, Sejak saat aku seperti kehilangan sosokmu dalam hidupku. Saat itu ku bahkan tak tahu kau siapa, hingga aku mengabaikan persaan aneh itu.

Semakin hari-semakin aku mengerti bahwa perasaan itu adalah 'cinta'. Kata yang memiliki sejuta definisi bagi setiap insan. Dengannya dunia ini penuh warna. Penuh keindahan dan kenangan. Penuh bunga-buunga di seudut hati.

Selasa, 26 Februari 2013

Karena Kisahmu adalah Kisahku

Baru saja membaca sebuah kisah yang menceritakan cinta tak terbalas seorang gadis. Cerita itu membuatku terdiam sejenak, mengingat satu hall yang sangat dekat. Diriku, itulah diriku. Membaca kisahnya membuatku seakan berkaca. kau tahu betapa menyedihkannya kisah itu? Namun perlu kau garis bawahi beberapa hal. cerita ini bukanlah cerita tentang seseorang yang terpisah jauh, atau yang berujung dengan kematian.

Kisah ini adalah kisah mengenai seorang gadis remaja yang menyukai sahabatnya sendiri. Namun sahabatnya  itu selalu mengacuhkannya, bahkan sampai membencinya. Tanpa gadis itu tau alasan yang membutnya dibenci oleh orang yang dia suka.

Minggu, 24 Februari 2013

Sebatang Pohon dan Sebutir Salju

Masa berat itu telah berlalu, walau hanya cukup memuaskan. Semoga musim salju itu segera nyata di jakarta. Kau tahu mengapa seperti itu? Alasannya simple. Karena seseorang itu tak kunjung memandang pohon di ujung jalan itu. Pohon yang selalu setia menantinya datang.

Dia bilang dia akan datang pada sang pohon jika salju turun di Jakarta. hingga setiap hari pua sang pohon berdoa agar Tuhan menurunkan salju di daerah tropis ini. Pohon itu tak tahu bahwa dirinya dibodohi waktu. Harusnya ssejak dulu ia sadar bahwa dia hanya memberi harapan palsu. Secara tidak langsung pergi dengan halus. Seakan menghilang dari peredaran bumi ini.

Naskah Drama "SILUET"

ohayou :)
hari ini gue mau post naskah drama untuk 5 orang bertemakan pendidikan. ceritanya simple sih, ga jauh dari kejadian sehari-hari. sengaja post ini supaya bisa jadi referensi semua orang yang mempelajari tentang drama, supaya ga kelimpungan kaya gue.
oke deh selamat membaca ....

Tokoh dan Watak
Eka        : seorang remaja perempuan penakut, namun sangat terobsesi menantang adrenalin.
Dwi       : seorang remaja perempuan yang penakut tapi selalu mencoba berani, walau selalu gagal.
 Tri        : Seorang remaja laki-laki yang baik namun sangat penakut.
Sinta      : Seorang remaja perempuan yang bersikap kelaki-lakian dengan jabatan Ketua Kelas yang
   disandangnnya.



SILUET

BABAK 1

Adegan 1

Pentas menggambarkan sebuah kelas dengan beberapa kursi tertata rapih dengan satu papan tulis di salah satu sudut.

Pagi itu di sekolah ketika jam istirahat. Empat orang remaja tampak berbincang suatu hal yang bisa dibilang cukup  tidak penting di kelas mereka. Dengan mengambil tempat di pojok kelas, Dwi seorang gadis pencinta film horor bersama temannya Tri yang sama-sama pencinta film horor duduk berdampingan sambil mengobrol. Tiba-tiba datanglah Eka si pengacau suasana....