Senin, 01 Oktober 2012

Hal yang Terlupakan


Awan mendung kembali menggelayuti kota ini di sore hari. Ini aku. Aku yang masih sama seperti hari kemarin. Aku yang mulai tumbuh dari sekuncup bunga yang entah akan jadi sempurna atau sebaliknya.

Kau tahu? Aku selalu berharap aku bisa menjadi sekuntum bunga indah yang akan tumbuh secara perlahan.

Gemuruh guntur itu menyapa hariku. Aku tersentak kaget mendengarnya. Aku bertanya dalam hati, ada apa ini Tuhan? Aku ingin membuang jauh suara itu. Rasanya aku seperti masuk kedalam dunia baru yang tidak ku kenal. Semua hal yang aneh dan tak kuketahui menyapaku setiap harinya. Aku ingin lari menjauh darinya. Tapi aku sadar aku tak bisa.

Sekelebat fikiran datang menyapa ke dalam otakku. Mungkinkah ini sebuah karma yang datang menghampiriku? Menagih semua benih yang aku tanam di hari-hari sebelumnya? Jika memang itu benar, dapatkah seseorang menceritakannya padaku kenapa semua itu terjadi?

Mungkin rasanya baru terhitung 1 minggu aku menanam benih yang entah aku dapatkan dari mana itu. Aku tak tahu. Aku seperti seorang gadis bodoh yang terbawa arus yang ada.

Memang benar kata orang, janganlah hidup seperti air mengalir, karena dia akan membawamu semakin jatuh. Karena air mengalir ke tempat yang lebih rendah. Arus yang memberiku kesejukan itu seakan mengajakku ikut kedalamnya.

Kini di hari-hari yang tersisa dalam hidupku kucoba menerima semua hukum alam itu. Mengayuh diriku jauh menuju ke atas. Lepas dari rayuan arus yang menerkamku. Aku akan kembali seperti sediakala. Walaupun itu membuatku kehilangan sinar mentari yang selalu bisa menemaniku. Kau tahu bagaimana kehidupan seorang manusia tanpa matahari bukan? 

Walau perlahan ia akan mati, namun aku tetap berusaha membuat hiduppku lebih baik di sisa-sisa hari yang ku miliki.

Cukup sudah aku menjadi manusia yang bodoh. Yang selalu terlena dengan indahnya sebuah tawa di malam yang sunyi di hidupku. Yang selalu tergoda dengan arus yang tegas dan bergembira bersama yang lewat di hadapanku. Dengan semua yang telah aku lalui dan ternyata itu salah.

Aku akan mengisi lagi padi-padi di lumbung jiwa dan akalku dengan sisa hari yang kumiliki. Aku ingin membuat akarku kuat dan aku ingin membuat batangnya yang penuh buliran padi menunduk, bkan seperti ini.

Walau kini aku berada di tempat asing yang entah di mana. Namun aku akan terus mengisinya. Walau tanpa matahari yang bersinar menemani hariku. Walau awan mendung selalu bersamaku.

Tujuanku kini hanya satu. Membuat jantung-jantung setiap insan yang terlahir di dunia ini bahagia karena telah mengenalku. Aku akan menjadi ilalang, ketika orang lain memilih menjadi bunga. Karena aku sadar keindahan tak selamanya berarti indah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar