Senin, 01 Oktober 2012

Mesin Waktu (sci-fi)


Malam semakin larut, kesunyian mulai menyapa di sudut jiwa manusia yang sendiri. Ditemani nyanyian jangkrik yang mengalun merdu, memainkan simfoni alam yang indah namun ditengah malam yang semakin larut dan menusuk, Zafa seorang remaja berumur 20 tahun itu tetap bergelut dengan semua eksperimennya.

Cita-citanya menjadi seorang ilmuan membuatnya terobsesi menciptakan alat yang bahkan belum pernah terbayangkan orang lain.

“Zafa, aku bosan melihatmu merakit benda tak jelas seperti itu. Lebih baik kau belajar agar study mu cepat selesai .. yah walau aku tahu kau orang yang pintar,” ucap Riko teman satu kos Zafa.

Zafa hanya tersenyum dan kembali melanjutkan menyelesaikan eksperimennya. Mungkin ia sudah tak peduli lagi dengan kata-kata orang lain tentang dirinya. Walaupun itu Riko, yang notabene sahabatnya sendri.

“Kau ini benar-benar orang yang optimis!” Riko hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

“Semoga kau berhasil menciptkannya .. aku ngantuk, aku duluan yah ...,” Riko perlahan beranjak menaiki tangga di hapannya. Bersiap memenuhi panggilan pulau kapuk yang terus memanggilnya.


“Suatu saat akan aku buktikan padamu bahwa aku bisa melihat masa depan dengan alat ini. Aku yain itu!” Zafa berkata sambil menyunggingkan senyumnya, yang membuat Riko menghentikan langkahnya.

“Maksudmu menciptakan mesin waktu seperti di televisi itu? Yang bisa membawamu ke masa depan?” Tanya Riko tak yakin dengan ide aneh sahabatnya itu. Zafa hanya tersenyum menjawabnya.

“Terserahlah ..,” Riko kembali melanjutkan langkahnya dengan malas.

“Aku berjanji kau orang pertama yang akan melihat kemampuan alat yang kuciptakan ini!” Lajut Zafa yang masih terus memoles senyum di wajahnya.

“Kau ini, yasudah aku pegang janjimu!” Riko menjawabnya dengan malas, ia sudah hafal dengan tigkah sahabatnya yang satu ini. Dengan semua ide-ide aneh yang memenuhi otaknya. Mungkin karena dia terlalu pandai, bahkan mungkin bisa dibilang jenius. Sampai-sampai ia pernah berfikir menciptakan manusia yang bersinar dengan menyisipkan gen ubur-ubur mealui rekayasa genetika. Memang aneh sahabatnya ang satu ini.

****

2 hari sudah Zafa mengerjakan eksperimennya. Tanpa tidur sekalipun. Ia hanya makan untuk istirahat sejenak, kemudian melanjutkan eksperimennya yang hampir selesai. Itu pun hanya sekali sehari. Ia seperti lupa segalanya karena mengerjakan eksperimennya itu.

Alat yang ada ditangannya kini mulai terbentuk dan hampir selesai. Hanya tinggal diberi polesan sedikit lagi. Alat itu terlihat hanya seperti sebuah jam tangan biasa yang terdapat rantai kecil di ujung-ujungnya. Sekilas tapak seperti sebuah kalung. Rantai-rantai itu digunakan sebagai pegikat untuk mengalungkan jam ciptaannya. Disalah satu pinggitan jam terdapat tombol berukuran sedang yang dapat diputar sesuai kebutuhan.

“Zafa, sudah dulu! Jangan sampai kau sakit gara-gara ini. Besok kau ada makul, jadi jangan tidur terlalu larut!” Titah Riko yang prihatin melihat sahabatnya yang bahkan saking seriusnya mengerjakan mesin waktu itu sampai lupa makan.

Namun Riko juga bangga dengan semagat yang dimiliki Zafa sahabatnya. Wataknya yang selalu berkemauan keras membuatnya tidak akan pernah berhenti sebelum apa yang dicita-citakannya tercapai. Itulah yang Riko suka dari sahabatnya. Sikap optimis dan jiwa yang tangguh memang menjadi modal segalanya dalam diri manusia.

“Sebentar lagi Ko, nanti juga aku makan,” Zafa masih tetap bersikeras melanjutkan eksperimennya.

“Cepat Zafaaa!!” Bentak Riko. Bukan karena dia benci atau apa, tapi karena ia tak mau sahabatnya sakit dan tak bisa melihatnya bekerja keras demi cita-citanya kagi.

Awalnya Zafa menolak, namun akhirnya ia mengalah juga. Toh, perutnya juga sudah berdemo karena sejak kemarin tak terisi apapun. Mungkin karena begitu seriusnya Zafa menciptakan alat yang katanya akan menjadi sejarah dalam ilmu teknologi di dunia ini.

Entah dari mana ide anehnya itu berasal. Dia bilang gara-gara menonton film kartun Doraemon di TV. Bukaknkah Doraemon adalah kucing masa depan? Kucig abad 22? Dari situlah Zafa ingin tahu tentang seperti apa kehidupan selanjutnya di masa depan. Melihat seperti apa benda atau bahkan hewan-hewan di masa depan. Adakah benda canggih lain yang akan tercipta.

Karena itu Zafa berinisiatif membuat sebuah alat yang tidak hanya bisa dipakai untuk pengetahuan tentang masa depan. Namun bahkan bisa membawa seseorang pergi ke masa depan.

****

Esok harinya ...

Riko cepatlah pulang!!mesin waktuku suda berhasil tercipta :)

Zafa mengirimkan pesan singkat kepada Riko yang mengabarkan bahwa eksperimennya berhasil.

Riko yang tengah santai berjalan di koridor kampus ITB itu bergegas pulang untuk melihat mesin waktu yang dibuat Zafa. Sedikit terbesit juga rasa penasaran dalam hatinya tentang mesin waktu yang diciptakan sahabatnya dengan susah payah itu. 

Sebuah benda yang jika berhasil akan mebuktikan bahwa Indnesia ju ga memiliki seorang yang hebat selain Habibi. Seseorang yang akan menjadi pencipta sejarahpaling spektakuler nantinya, dengan mesin waktu hasil buah tangannya.

Hosh .. hosh ..
Dengan nafas tersengal Riko segera menghampiri Zafa yang telah duduk menantinya di ruang tamu. Tempat kos Zafa dan Riko memang sebuah rumah, dimana di dalamnya tedapat beberapa kamar yang didisi Riko, Zafa dan mahasiswa lainnya. Mungkin bisa dibilang juga seperti menyewa rumah.

Riko tersenyum miris memandanga sahabatnya yang tengah mengembangkan senyum itu. Zafa tampak tak sehat, terlihat ada kantung dimatanya. Mungkin karna ia tida tidu sekitar 2 malam. Wajahnya juga terlihat pucat.

Ia tetap tersenyum melihat Riko yang datang dengan nafas tersengal-sengal dan menatapnya dengan rasa bangga dan prihaatin. Bahwa pada semangat dan kemauan keras yang dimiliki sahabatnya ini. Sampai-sampai ia ingin menciptakan sesuatu yang belum bosa dimengerti akal.

“Akhirnya kau datang juga. Kau tahu? Aku berhasil menciptakannya,” ucap Zafa dengan bangga sambil terus terukir senyum di wajahnya yang pucat. Riko hanya diam dan menunggu kalimat Zafa selanjutnya, dan tentunya menanti Zafa yang membuktikan kemampuan mesin waktu ciptaanya.

“Pertama-tama kau hanya perlu berdiri pada tempat yang lebih tinggi,” ucap Zafa yang perlahan melangkahkan kakinya menuju lantai 2.

“Aku menciptakan mesin waktu ini dengan prinsip kecepatan cahaya yaitu 300.000.000 m/s. Dengan membuat kecepatan 0,3 x kecepatan cahaya, maka aku dapat melatasi waktu menuju masa depan.”

“Dengan memanfaatkan grafitasi sebagai landasan awal keberangkatanku menuju abad 22 di masa depan. Hanya sengan 3 kali putaran jam aku dapat menuju abad 22. Karena 0,9 x kecepatan cahaya setara denga 4,5 tahun cahaya dan 100 tahun di bumi.”

“Ku jangan hawatir! Aku pasti akan berhasil dan menciptakan sejarah baru dalam dunia teknologi. Dan tentunya aku akan membawa oleh-oleh dari abad 22.”

“Kau jangan main-main Zafa! Itu benar-benar tak masuk akal. Mana mungkin kau bisa merasakan dilatasi waktu. Bahkan apolo yang membawa manusia ke bulan pun tidak bisa melebihi kecepatan cahaya, hanya sekitar 25.000 mil/jam.” Riko yang masih tak percaya dengan apa yang aZaafa katakan terus memberi bukti bahwa prinsip yang dicitakan Zafa sangat tak mungkin.

“Klau begitu lihatlah, aku akan berangat menuju abad 22,” ucap Zafa dengan mantap. Walau ia sediri belum bisa membuktikan kemampuan mesin waktun yang ia ciptakan.

Riko hanya menyaksikan Zafa yang perlahan terus melangkah dengan perasaan teganga dan penasaran.

“Tunggu!” Riko ber teriak menghentikan langkah Zafa pada tangga ke 5.

“Berjanjilah kau akan kembali dan menceritakan tentang abad 22!”

“Pasti! Kau harus tunggu aku datang dan menceritakan sem tentang abad 22,” jawab Zafa sambl menyunggingkan senyum mantapnya.

Dengan rasa tak rela Riko akhirnya terpaksa hanya bsa menyaksikan sahabatnya yang akan membuktikan kemampu mesin waktu buatannya.

Mesin waktu yang ia ciptakan kini telah melingkar di lehernya. per lahan tapi pasti Zafa memutar jarum jam sebanyak 3 x.

“Apa yang dia lakukan?” Ucap Riko yang hawatir dan heran melihat Zafa yang sepertinya akan melompat ke bawah dari lantai 2 itu.

Wuusshh ....
Bersamaan dengan meloncatnya Zafa dari lantai 2 itu, terdengar bunyi seperti suara pantulan angin disertai sinar yang begitu terang, yang menyilaukan mata siapapun yang melihatnya.

Riko menyipitkan matanya dan menghalangi sinar itu dengan peunggung tangannya. Agar sinar itu tak membuat matanya pedih arenanya. Seketika cahaya itu menghilang, dan Zafa telah tiada.

“Kemana Zafa? Apa dia berhasil?” Ucap Riko yang rasanya belum bias mencerna kejadian yang baru dilihatnya.

“Aku tahu kau pasti berhasil! Setidaknya kau dapat membuktikan bahwa alatmu dapat menghilangkan seseorang. Kutunggu ceritamu tentang abad 22,” gumam Riko yang kagum akan kecerdasan sahabatnya itu. Para ilmuan dan orang-orang di dunia ini akan mengakui kecerdasan Zafa jika dia bisa kembali dan membuktikan juga kepada semua, bahwa dia telah berhasil menciptakan sebuah mesin waktu. Namun apakah dia bisa kembali seperti sediakala?

Entah apa yang ia buat sebenarnya, hingga membuat seorang berkepribadian dingin dan diam itu begitu tekun mengerjakan eksperimen-eksperimennya. Setiap orang yang melihatnya pasti merasa kagum karena keggihannya. Namun akan merasa heran ketika mahasiswa Institut Teknologi Bandung itu ditanya tentang eksperimennya ia pasti menjawab, ‘aku akan melihat masa depan dengan alat yang kuciptakan’. Memang terdengar aneh dan mustahil, namun itulah jawaban yang selalu Zafa berikan pada setiap orang yang bertanya padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar