Sabtu, 22 November 2014

BAB 8 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP



A.      PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan hiidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pedoman,pegangan,arahan,petunjuk hidup di dunia. Pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus.
Pandangan hidup diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A)   Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenaranya.
(B)   Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapt di Negara tersebut.
(C)   Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Pandangan hidup pada dasaarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan,/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan.
B.      CITA-CITA

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keingiinan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan,hal itu tergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; keuda, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan;dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.

C.      KEBAJIKAN

Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya saama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Contoh kebajikan dalam masyarakat umum : Budi tidak setuju di depan rumahnya diperlebar, karena harus memotong bagian depan rumahnya. Tetepi masyarakat kampong mengusulkan dan telah disetujui jalan itu harus diperlebar demi keamanan. Akhirnya karena desakan seluruh warga, dengan sangat terpaksa Budi meyetujuinya. Faktor-faktor yang menetukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pemabwa,faktor lingkungan, dan ketiga faktor pengalaman.

D.      USAHA/PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasman. Atau dengan kedua-duanya. Dalam agama pun diperintahkan untuk bekerja keras. Sebagaimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W. yang ditijukan kepada para pengikutnya : “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok.”
E.       KEYAKINAN/KEPERCAYAAN

Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga airan filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran inteletualisme, dan aliran gabungan.

(a)    Aliran naturalisme berintika spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakana Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, diakatakn Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
(b)   Aliran intelektualisme. Dasar aliran ini adalah logika/akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar munurut akal itulah yang baik.
(c)    Aliran gabungan. Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan senagai dadsar keyakinan. Seedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menetukan benar tidaknya sesuatu.

F.       LANGKAH-LANGKAH BERPADANGAN HIDUP YANG BAIK
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimana bentuknya. Bagaiman kita memperlakukan pandagan hidup itu tegantung pada orang yang bersangkutan. Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
(1)    Mengenal. Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidup yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
(2)    Mengerti. Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti.
(3)    Menghayati. Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu.
(4)    Meyakini. Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan. Maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun Negara dan dari kehidupan akhirat, maka hendaknyakita meyakini pandagan hidup yang telah kita hayati itu.
(5)    Mengabdi. Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting ddalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima dengan baik oleh diriya lebih-lebih oleh orang lain.
(6)    Mengamankan. Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri padasuatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu dan atau menyalahkan tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan perlawanan.
Contoh dari pandangan hidup adalah semakin maraknya kasus terorisme. Masalah ini terjadi akibat kurang tepatnya pandangan suatu orang terhadpa masalah kehidupan sehari-hari. Mereka menafsirkan atau mengartikan suatu ajaran secara sepotong-potong dan hanya berdarkan pada satu atau dua sumber saja tidak melihat keadaan sekita yang diperkirakan secara logika sehingga mendapatkan penjelsan yang kurang tepat. Mereka berpandangan bahwa semua orang yang menentang atau emusuhi keyakinan adlah musuh bagi mereka dan itu harus dimusnahkankan dari muka bumi ini untuk terciptanya kehidupan yang aman dan sejahtera.

BAB 7 MANUSIA DAN KEADILAN



A.   Pengertian Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah keyakinan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan maka masing-masing orang  harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama. Sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidak adilan.
Keadilan menurut Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Lain lagi dengan Socratos yang memproyeksikan keadilan pada pemerintahan, menurut Socratos, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.  

B.    Keadilan Sosial
Berbicara tentang keadilan, anda tentu ingat akan dasar Negara kita ialah      Pancasila. Sila kelima Pancasila,berbunyi : “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dengan sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam kehidupan  masyarakat Indonesia.”
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilaan social itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yaitu:
1.      Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.      Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
3.      Sikap suka member pertolongan kepada orang yang memerlukan.
4.      Sikap suka bekerja keras.
5.      Sikap menghargai hasil  karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan ke dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu: 1)Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya sandang, pangan, dan perumahan. 2) Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. 3) Pemerataan pembagian pendapatan. 4) Pemerataan kesempatan kerja. 5) Pemerataan kesempatan berusaha.          6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi. 7) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air. 8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

C.   Berbagai Macam Keadilan
a)      Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal. Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik menurut kemampuannya. Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak-pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian.

b)      Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan telaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama. Sebagai contoh Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan harus diberikan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp 100.000,- maka Budi harus menerima Rp 50.000,- .Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama justru hal tersebut tidak adil.

c)      Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
D.   Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Karena itu jujur bererti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berarti kehendak, harapan, dan niat. Barangsiapa berkata jujur serta bertindak sesuai dengan kennyataan, artinya orang itu berbuat benar. Orang bodoh yang jujur adalah lebih baik daripada orang pandai yang lancing. Barangsiapa yang tidak dapat dipercayai tutur katanya, atau tidak menepati janji dan kesanggupannya termasuk golongan orang munafik sehingga tidak menerima belas kasihan Tuhan. Untuk mempertahankan kejujuran, berbagai cara dan sikap perlu dipupuk. Namun demi sopan santun dan pendidikan, orang diperbolehkan berkata tidak jujur sampai pada batas-batas yang dapat dibenarkan.

E.    Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Aspek-aspek yang menjadi sebab orang-orang melakukan kecurangan adalah aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban, dan aspek teknik.

F.    Pemulihan Nama Baik
Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati daripada malu. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Tingkah laku atau perbuatan yang baik dengan nama baik itu pada hakekatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :                         a) manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral                                                                    b) ada aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sendiri sebagai pelaku moral tersebut.
Pemulihann nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.




G.   Pembalasan
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain, reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa,tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Oleh karena tiap manusia tidak menghendaki hak ddan kewajibannya dilanggar. Maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu dalah pembalasan.

BAB 6 MANUSIA DAN PENDERITAAN



Penderitaan merupakan realitas dunia dan manusia. Peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Karena penderitaan yang banyak jenisnya. Ada yang mendapat hikmah yang besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kehancuran dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain.
Semua orang pasti pernah mengalami sebuah penderitaan, entah itu penderitaan fisik, penderitaan batin, penderitaan materi atau apapun itu, tetapi sikap setiap orang untuk menghadapi sebuah penderitaan berbeda-beda. Ada yang bersikap pasrah dan tidak menerima keadaan itu tetapi ada juga yang bersikap menerima dan berusaha untuk memperbaiki keadaan yang ada agar penderitaan itu berakhir. Sikap itu lah yang membedakan taraf kesabaran manusia.
Ada satu hal yang menjadi pintu gerbang yang menjadi penentu keberhasilan seseorang. Hal yang dimaksud adalah mental. Setiap jiwa manusia memiliki mental dan mental itulah yang membuat bergeraknya perbuatan manusia. Kualitas seseorang akan semakin berkualitas apabila orang tersebut memiliki mental yang baik tetapi akan terjadi sebaliknya jika seseorang tidak memiliki mental yang baik maka orang tersebut akan mengalami sebuah jalan hidup yang tidak menyenangkan bahkan dapat memancing sebuah penderitaan. Hal yang paling berbahaya adalah apabila kita sudah mengalami kekalahan mental. Kekalahan mental dapat terjadi apabila kita tidak mampu menerima suatu keadaan yang sedang terjadi didalam diri kita. Kekalahan mental yang terjadi didalam diri seseorang maka orang tersebut tidak akan dapat menyelesaikan seluruh masalah yang sedang dihadapinya dan orang tersebut dapat menjadi menderita dengan hidupnya. Oleh sebab itulah mental sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang.
A.       Definisi Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yaitu dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? penderitaan fisik yagn dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya, sedangkan penderitan psikis,penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikik yang dihadapinya.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang, merasa bahagia.
Apabila karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan, manusia akan mendatangkan rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud penderitaan, bahkan lebih dari itu, yaitu rasa takut. Rasa takut itu justru sudah menyelinap dan datang menyerang kita sebelum bencana atau bahaya itu datang menyerangnya. Kedua rasa itu termasuk penyakit batin manusia, maka usaha terbaik ialah menyehatkan bathin itu sendiri, rasa kurang itu muncul dikarenakan adanya anggapan lebih pada pihak lain.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penderitaan itu adalah faktor internal dan faktor eksternal. Eksternal datangnya dari luar diri manusia. Factor ini dapat dibedakan atas dua macam, yaitu eksternal murni dan tak murni. Eksternal murni adalah penyebab yang benar – benar berasal dari luar diri manusia yang bersangkutan. Penderitaan itu tidak bukan merupakan akibat ulah manusia yang bersangkutan.
B.       Sebab-Sebab Penderitaan
Penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
a.              Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaab / azab tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab tuhan. Namun kesabaran, tawakal dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.
b.              Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk.
Karena perbuatan buruk antara sesama manusia maka manusia lain menjadi menderita, misalnya pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap dan disiksa oleh majikanya seharusnya majikan yang biadab itu diganjaran dengan hukuman penjara oleh pengadilan negri supaya perbuatan itu dapat di perbaiki dan pembantu yang telah menderita itu bisa dipulihkan. Perbuatan buruk manusia terhadap lingkuangan juga menyebabkan penderitaan manusia, misalnya musibah banjir dan tanah longsor bermula dari penghunian liar di hutan lindung, kemudian pohon-pohot dibabat menjadi tandus dan gundul oleh manusia penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah hancur

C.       Penderitaan, Media Massa, dan Seniman
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, Meletusnya gunung galunggung,perang Irak-Iran.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dari musibah ini. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara perseorangan ataupun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakt. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bemama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul “Arie Hangara”.
D.       Pengaruh Penderitaan
Dapat berupa kekecewaan, duka, kesedihan, kekacauan hati dan fikiran. Pengaruh penderitaan juga dapat berupa perubaahn pola berfikir seseorang, perubahan tingkah laku, serta pandangan hidup seseorang. Tidak dapat dipungkiri jika suatu penderitaan yang di alami oleh setiap orang, masih banyak yang berpandangan bahwa penderitaan hanya membawa dampak buruk atau pengaruh buruk bagi mereka. Tanpa disadari jika mereka berusaha berfikir dan menggali makna dari penderitaan tersebut sebenarnya memiliki suatu arti berupa pelajaran bagi setiap individu tersebut.
E.        Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan pasti di alami oleh setiap individu. Namun, jika individu tersebut tidak mencoba berjuang untuk bangkit dari keterpurukan, hanya depresi dan kekalutan yang akan terus dirasakan. Salah satu cara untuk terlepas dari keterpurukan adalah dengan cara berjuang melewati keterpurukan tersebut. Tetapi, ingin berjuang untuk bangkit dari keterpurukan atau tidak, itu tergantung dari setiap individu itu sendiri yang mengalami penderitaan tersebut.
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, selelu berfikir positif, dan tetap bersemangat menjalani kehidupan, merupakan contoh-contoh tindakan untuk terlepas dari hal-hal atau dampak suatu penderitaan. Walaupun tidak mudah untuk bangkit dari penderitaan, namun jika terus berjuang, terus mencoba untuk bangkit pasti akan dapat terlepas dari dampak penderitaan tersebut.
F.        Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan.
Berikut empat macam siksaan bersifat psikis :
·        Kebimbangan, siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan yang mana akan meraka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
·        Ketakutan, adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh manusia.
·        Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam. Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan mental.
·        Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup bersama dan tidak hidup seorang diri.Faktor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia.
Contoh-contoh siksaan diantaranya:
1.      Neraka
Berbicara tentang neraka, kita selalu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan kita, siksaan yang luar biasa, rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat.
Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga berbicara tentang kesalahan.
2.      Rasa sakit
Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter sekalipun.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.

G.       Kekalutan mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental
adalah :
·        Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
·        Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
·        Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bais jasmana maupun rokhani
·        Usaha mempertahankan diri dengan cara negative
·        Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
a)      Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan social
b)      Terjadinya konflik sosial budaya
c)      Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
Bentuk frustasi antara lain :
1.      Fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
2.      Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
3.      Proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain.
4.      Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan.
5.      Autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.
6.      Narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain.
7.      Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1.      Orang yang terlalu mengejar materi
2.      Anak-anak muda usia
3.      Wanita
4.      Kota – kota besar
5.      Orang yang tidak beragama