Selasa, 23 Desember 2014

Catatan Sehari di Antah Berantah

Pagi itu semua terasa masih menyakitkan. Melangkahkan kaki ditengah hiruk pikuk kesibukan pagi. Suara sapu nyere terdengar bersahutan bersama suara langkah kakiku. Tuan separuh baya pemiliknya dengan telaten membersihkan satu persatu sampah daun yang tak lagi bertahan dalam kekuatan angin. Tak ada kepenatan. Wajahnya begitu damai dan tenang.
Sempat terpikir bagaimana ia bisa begitu damai dengan hanya bekerja sebagai tukang sapu? Bahkan aku pun tak tahu apakah dia sanggup bahkan hanya untuk membeli satu tusuk sate. Apalagi membawa anaknya menempuh pendidikan tinggi?

Senin, 15 Desember 2014

Catatan Sukses Seorang Anak Belitung




Mendengar nama Andrea Hirata maka kita akan langsung teringat dengan buku yang memiliki penjualan paling fenomenal di Indonesia sepanjang beberapa dekade terakhir, Laskar Pelangi. Ya, pria asal Belitong ini merupakan sang penulis dari novel yang diadopsi dari kisah nyata dirinya sendiri.

Tidak banyak penulis buku novel di Indonesia yang bisa meraih kesuksesan di tanah air. Namun, ia membuktikan lewat kata demi kata yang ia rangkai dan menjadi sebuah cerita yang menginspirasi maka keberhasilan itu bisa tercapai.

Sebelum berada di keadaan sekarang, pria yang memiliki nama asli Aqil Barraq Badruddin ini adalah anak yang lahir di sebuah keluarga yang status ekonominya memprihatinkan. Bahkan karena sang ayah hanya pekerja rendahan maka ia pun disekolahkan di SD Muhammadiyah yang bentuk gedungnya lebih mirip seperti kandang hewan ternak.  

Namun semua keterbatasan yang ia rasakan sejak kecil sampai remaja membuat dirinya terpacu untuk menggapai impiannya yakni sebagai penulis.

Bu Muslimah yang tak lain adalah gurunya di SD Muhammadiyah diakui merupakan sosok penting di balik tumbuhnya cita-cita tersebut. "Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya," ujar Andrea.

Pasca menyelesaikan pendidikan SMA di kampung halaman (Belitong), Andrea memutuskan merantau ke Jakarta. Tujuannya hijrah ke ibukota tidak lain tidak bukan adalah untuk kuliah. Namun, saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta.

Berbekal saran nahkoda kapal, ia menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, entah disengaja atau tidak, sang supir bus justru mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.

Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Ia pun akhirnya lulus dengan status cum laude dan meraih gelar Master.

Sepulangnya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom pada 1997. Walau bekerja di lingkungan kantor, keinginannya menjadi seorang penulis masih terus bergelora. Hasrat untuk menulis semakin besar ketika ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami.

Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur segera melambungkan ingatannya pada SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah. "Saya mengerjakannya hanya selama tiga minggu," ungkap Andrea.

Naskah setebal 700 halaman itu lantas digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya dalam Laskar Pelangi.

Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit. Bak gayung bersambut, penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke pasar. Tepatnya pada Desember 2005, buku Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi. Dalam waktu singkat, Laskar Pelangi menjadi bahan pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel.

Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller.

Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Seperti diketahui, kedua buku selanjutnya itu pun laris manis bak kacang goreng.

Berkat karya-karya yang dihasilkannya, Andrea mendapat penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada 2007.

Kini, Andrea Hirata masih terus disibukkan dengan kegiatan menulis dan menjadi pembicara di berbagai acara terutama yang berkaitan sastra. Bila bicara income maka penghasilannya ditaksir adalah yang paling tinggi diantara para penulis buku novel di tanah air.

Pelajaran Kisah Sukses Andrea Hirata: Jangan pernah matikan impian Anda karena suatu saat akan ada jalan yang Tuhan bukakan untuk mewujudkan impian Anda tersebut.



sumber : http://www.jawaban.com/read/article/id/2014/01/23%2017:00:00/82/140123181730/Andrea-Hirata,-Kisah-Sukses-Penulis-Buku-Laskar-Pelangi

Keadilan Hukum di Indonesia

Hukum, semua orang pasti takut mendengar nama itu dan berpikir untuk tidak berurusan dengan dia dan mungkin semua orang sudah mengetahui atau mungkin berpura pura tidak mengetahui agar tidak terlihat ikut campur di dalamya. Hukum sendiri memiliki pengertian  sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak. dan hukum juga memiliki pengertian sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi yang terjadi didalamnya dan disesuaikan dalam hukum pidana. Tapi apakah penyelenggaraan hukum diindonesia  sudah cukup adil ?? berikut ini saya akan menjelaskannya.


Menurut pandangan hukum, hukum di Indonesia itu masih sulit ditemukan asas keadilannya karena hukum di Indonesia bisa dibeli dengan uang artinya yang punya uang dan punya kekuasaan itulah yang dapat membeli hukum di negeri Indonesia ini, sebagai contohnya yang masih hangat saat ini yaitu kasus yang menimpa anak dari menteri perekonomian Hatta radjasa yaitu Rasyid radjasa yang sudah jelas-jelas menabrak orang dan mengakibatkan kehilangan nyawa tetapi tidak  dihukum karena alasan kesehatan rasyid yang tidak stabil dan berbeda dengan nasibnya orang biasa yang melakukan hal sama tetapi langsung diambil tindakan hukum dan langsung dijadikan tersangka meskipun orang tersebut masih dirawat dirumah sakit. tapi yang pasti permasalahan ini terjadi bukan karena masalah hukumnya tetapi oknum dibalik semua ini yang menjalankan pelaksanaan hukum karena masih banyak opnum-opnum pemerintahan yang menghalalkan segala cara demi mencari keadilan yang tidak sah. dan dari segi mematuhi peraturan yang sudah disusun dalam UUD (undang-undang dasar) jadi kesannya hukum di Indonesia itu seperti menindas yang lemah dan memihak kepada yang berkuasa atau mempunyai uang. Dan permasalahan lainnya adalah masih banyak masyarakat Indonesia yang menyepelekan aturan tersebut dengan kata lain mereka hanya takut pada aturan dan tidak mengerti fungsi aturan hukum itu dibuat. Setelah itu masyarakat Indonesia itu masih kurang mendukung terhadap aturan-aturan yang dirancang pemerintah karena mereka hanya berpikir bahwa hukum Indonesia sudah tidak benar. Keadilan itu tidak harus sama rata tapi juga harus diukur dari sebab akibatnya.

Peranan Pengaruh Sosial Terhadap Gejala Autisme

Penelitian Menemukan Pengaruh Sosial Berperan dalam Diagnosa Peningkatan Gejala Autisme

Pengaruh sosialmemainkanperan penting dalamjumlahpeningkatan diagnosis autisme, menurut sebuahpenelitian yang diterbitkandalamAmerican Journal ofSosiologi.penelitian, oleh para peneliti dari Institut Riset Sosial dan Ekonomi dan Kebijakan di Columbia University, menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di dekat seorang anak yang sebelumnya telah didiagnosis dengan autisme memiliki kesempatan yang jauh lebih tinggi dari yang didiagnosis diri di tahun berikutnya. Kemungkinan peningkatan didiagnosa bukan karena faktor lingkungan atau agen menular, studi ini ditemukan. Sebaliknya, itu adalah terutama karena orang tua belajar tentang autisme dari orang tua lain yang memiliki anak didiagnosis dengan gangguan tersebut.

"Kami menunjukkan bahwa kemungkinan mendapatkan diagnosis autisme jelas terkait dengan orang-ke-orang transmisi informasi," kata Peter Bearman, seorang sosiolog yang menulis penelitian bersama dengan Ka-Yuet Liu dan Marissa Raja. "Orang tua belajar tentang autisme dan gejala, belajar tentang dokter yang mampu mendiagnosa itu,. Dan belajar bagaimana untuk menavigasi proses mendapatkan diagnosis dan jasa dari orang tua yang telah melalui proses dengan anak mereka sendiri"

Para peneliti menekankan bahwa hasil tidak berarti autisme yang tidak nyata atau bahwa itu adalah overdiagnosed. "Studi kami tidak membahas penyebab autisme," kata Dr Bearman. "Kami menjelaskan mekanisme dimana jumlah diagnosa meningkat Bisa jadi kejadian nyata gangguan ini hanya sekarang sedang ditemukan.. Saya pikir itu adalah sebuah pesan yang masuk akal dari kertas ini."

Di California, di mana penelitian ini dilakukan, jumlah kasus autisme ditangani oleh Departemen California of Developmental Service meningkat 636 persen antara tahun 1987 dan 2003.

Tim Universitas Columbia melihat data di lebih dari 300.000 anak yang lahir antara tahun 1997 dan 2003 di seluruh California. Tim menemukan bahwa anak-anak yang tinggal dalam jarak 250 meter dari seorang anak dengan autisme memiliki peluang 42 persen lebih tinggi dari yang didiagnosis dengan gangguan pada tahun berikutnya dibandingkan dengan anak-anak yang tidak tinggal di dekat anak dengan autisme. Anak-anak yang hidup antara 250 meter dan 500 meter dari seorang anak dengan autisme adalah 22 persen lebih mungkin didiagnosis. Kemungkinan yang didiagnosis menurun secara signifikan semakin jauh anak-anak hidup dari anak lain dengan autisme.

Penelitian ini menggunakan beberapa tes untuk menentukan apakah hasil ini dapat dijelaskan oleh efek pengaruh sosial, atau jika toxicants lingkungan atau virus yang harus disalahkan. Sebagai contoh, para peneliti mengamati anak-anak yang tinggal dekat satu sama lain, tetapi di sisi berlawanan dari batas-batas distrik sekolah. Anak-anak ini cenderung terkena kondisi lingkungan yang sama, tetapi orangtua mereka kemungkinan milik jaringan sosial yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesempatan peningkatan diagnosis hanya ada ketika orang tua berada di distrik sekolah yang sama. Anak-anak yang tinggal sama-sama dekat dengan anak dengan autisme - tapi di distrik sekolah lain - tidak lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan daripada anak-anak yang tidak memiliki tetangga dengan autisme. Hasilnya adalah indikasi kuat bahwa efek kedekatan adalah sebuah fenomena sosial danbukan hasil dari lingkungan, Dr Bearman mengatakan.

Penelitian ini juga menunjukkan efek kedekatan menjadi terkuat di antara anak-anak di sisi ringan dari spektrum autisme. Itu juga konsisten dengan penjelasan pengaruh sosial, Dr Bearman mengatakan. "Orang tua dari anak-anak yang cacat lebih mungkin untuk mengenali gangguan tanpa perlu masukan dari kontak sosial," katanya. "Jadi kita akan mengharapkan untuk melihat efek kedekatan lemah di sana,dan itulah apa yang kami temukan."

Kekuatan Pengaruh Sosial

Kumpulan data yang digunakan dalam penelitian memungkinkan para peneliti untuk menilai betapa kuatnya pengaruh pengaruh dibandingkan dengan faktor-faktor lain yang dapat mengemudi epidemi. Sebagai contoh, penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara autisme dan usia tua '. Orang tua saat ini memiliki anak di kemudian hari, dan yang dapat menyebabkan kasus autisme meningkat. Studi-studi lain telah menemukan bahwa pendidikan orang tua memainkan peran juga. Orang tua berpendidikan lebih baik lebih mungkin untuk mendapatkan diagnosis bagi anak-anak mereka.

Tim Columbia menemukan bahwa masing-masing faktor memainkan peran dalam epidemi, tetapi bahwa fenomena pengaruh sosial adalah yang terkuat. Para peneliti memperkirakan bahwa efek kedekatan menjelaskan sekitar 16 persen dari kenaikan baru-baru dalam diagnosa autisme. Dengan kata lain, jika anak tidak tinggal dalam 500 meter dari seorang anak dengan autisme, akan ada pengurangan 16 persen diagnosa autisme. Itu efek lebih kuat daripada faktor-faktor lain yang diuji. Usia ibu menjelaskan sekitar 11 persen peningkatan. Pendidikan ibu menyumbang 9 persen.

Studi ini didanai oleh penghargaan Pioneer NIH untuk penelitian kesehatan yang inovatif. http://forum.kompas.com/keluarga/246666-peranan-pengaruh-sosial-terhadap-gejala-autisme.html

Mona Lisa



 
Selalu tersenyum, susah tidur, pipi yang bersemu kemerahan, jantung yang berdetak makin kencang, keringat dingin dan kadang-kadang saking groginya jadi sering ke toilet untuk buang air kecil adalah ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta. Perubahan itu terjadi karena serangan tiga hormon di dalam tubuh yang sedang jatuh cinta.
Ketika sedang merasakan jatuh cita, seseorang akan mengalami perubahan kondisi hormonal yang membuat suasana hatinya bergejolak tidak karuan. Tidak hanya dari fluktuasi suasana hati, perubahan hormonal ini juga bisa diamati dari kondisi fisik.
Secara umum, perubahan hormonal yang terjadi selama proses jatuh cinta dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama adalah gairah (lust), berikutnya adalah ketertarikan (attraction) dan yang terakhir adalah cinta sejati (attachment) yang ditandai dengan ikrar sehidup semati.
Hormon-hormon yang terlibat di masing-masing tahapan adalah sebagai berikut :
 Tahap 1: Gairah
Hormon yang berperan saat seseorang merasakan gairah seksual, dalam bentuk paling sederhana sekalipun seperti ingin menggandeng lengan lawan jenis, adalah testosteron dan esterogen. Meski lebih banyak dimiliki pria, testosteron juga diproduksi oleh wanita dan sama-sama berperan dalam mengawali sebuah hubungan bermotif seksual dan emosional.
Tahap 2: Ketertarikan
Tahap ketertarikan merupakan tahapan paling rumit dalam menjalin hubungan antar manusia, khususnya dalam hal perubahan komposisi biokimia dalam tubuh. Aktivitas berbagai hormon dan neurotransmitter (saraf penghubung) pada tahap ini menyebabkan orang kehilangan nafsu makan, susah tidur dan lebih sering melamun.
Sedikitnya ada 3 hormon yang terlibat dalam tahap attraction, yakni sebagai berikut:
1.      Dopamin (Memicu rasa senang dan kecanduan seperti saat minum kopi dan alkohol)
2.      Norepinefrin atau adrenalin (Menyebabkan telapak tangan keringat serta denyut jantung meningkat)
3.      Serotonin (Merupakan pemicu rasa kantuk. Saat jatuh cinta, kadarnya menurun sehingga menjadi susah tidur).
Tahap 3: Cinta sejati
Seseorang, atau lebih tepatnya sepasang manusia yang sukses melewati tahap attraction, tahap ini akan berlangsung lebih lama bahkan bisa seumur hidup. Sepasang manusia yang sudah mencapai tahap ini ditandai dengan adanya komitmen jangka panjang, misalnya lewat pernikahan.
Pasangan yang sudah menikah paling tidak memiliki 2 hormon penting yang membantu menjaga keutuhan rumah tangga. Keduanya diproduksi baik oleh pria maupun wanita, meski ada sedikit perbedaan fungsi yang dipengaruhi jenis kelamin.
1.      Oksitosin (Pada pria dan wanita, pelepasan hormon ini memberikan kenikmatan yang luar biasa saat bercinta dan mencapai orgasme. Khusus pada wanita, oksitosin juga berperan dalam kelahiran bayi serta produksi air susu ibu)
2.      Vasopresin (Hormon yang juga dimiliki oleh tikus padang rumput ini memungkinkan manusia untuk menikmati hubungan seks, tidak seperti kebanyakan spesies binatang yang berhubungan seks hanya untuk tujuan reproduksi. Eksperimen yang dilakukan pada tikus padang pasien menunjukkan, kekurangan vasopresin bisa memicu perilaku poligami atau gonta-ganti pasangan).


Dikutip dari Wikipedia