Senin, 15 Desember 2014

Catatan Sukses Seorang Anak Belitung




Mendengar nama Andrea Hirata maka kita akan langsung teringat dengan buku yang memiliki penjualan paling fenomenal di Indonesia sepanjang beberapa dekade terakhir, Laskar Pelangi. Ya, pria asal Belitong ini merupakan sang penulis dari novel yang diadopsi dari kisah nyata dirinya sendiri.

Tidak banyak penulis buku novel di Indonesia yang bisa meraih kesuksesan di tanah air. Namun, ia membuktikan lewat kata demi kata yang ia rangkai dan menjadi sebuah cerita yang menginspirasi maka keberhasilan itu bisa tercapai.

Sebelum berada di keadaan sekarang, pria yang memiliki nama asli Aqil Barraq Badruddin ini adalah anak yang lahir di sebuah keluarga yang status ekonominya memprihatinkan. Bahkan karena sang ayah hanya pekerja rendahan maka ia pun disekolahkan di SD Muhammadiyah yang bentuk gedungnya lebih mirip seperti kandang hewan ternak.  

Namun semua keterbatasan yang ia rasakan sejak kecil sampai remaja membuat dirinya terpacu untuk menggapai impiannya yakni sebagai penulis.

Bu Muslimah yang tak lain adalah gurunya di SD Muhammadiyah diakui merupakan sosok penting di balik tumbuhnya cita-cita tersebut. "Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya," ujar Andrea.

Pasca menyelesaikan pendidikan SMA di kampung halaman (Belitong), Andrea memutuskan merantau ke Jakarta. Tujuannya hijrah ke ibukota tidak lain tidak bukan adalah untuk kuliah. Namun, saat berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta.

Berbekal saran nahkoda kapal, ia menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, entah disengaja atau tidak, sang supir bus justru mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut.

Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Ia pun akhirnya lulus dengan status cum laude dan meraih gelar Master.

Sepulangnya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom pada 1997. Walau bekerja di lingkungan kantor, keinginannya menjadi seorang penulis masih terus bergelora. Hasrat untuk menulis semakin besar ketika ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami.

Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur segera melambungkan ingatannya pada SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah. "Saya mengerjakannya hanya selama tiga minggu," ungkap Andrea.

Naskah setebal 700 halaman itu lantas digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya dalam Laskar Pelangi.

Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit. Bak gayung bersambut, penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke pasar. Tepatnya pada Desember 2005, buku Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi. Dalam waktu singkat, Laskar Pelangi menjadi bahan pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel.

Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller.

Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Seperti diketahui, kedua buku selanjutnya itu pun laris manis bak kacang goreng.

Berkat karya-karya yang dihasilkannya, Andrea mendapat penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada 2007.

Kini, Andrea Hirata masih terus disibukkan dengan kegiatan menulis dan menjadi pembicara di berbagai acara terutama yang berkaitan sastra. Bila bicara income maka penghasilannya ditaksir adalah yang paling tinggi diantara para penulis buku novel di tanah air.

Pelajaran Kisah Sukses Andrea Hirata: Jangan pernah matikan impian Anda karena suatu saat akan ada jalan yang Tuhan bukakan untuk mewujudkan impian Anda tersebut.



sumber : http://www.jawaban.com/read/article/id/2014/01/23%2017:00:00/82/140123181730/Andrea-Hirata,-Kisah-Sukses-Penulis-Buku-Laskar-Pelangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar